Bunyi sirine Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) seperti genderang maut yang siap melahap siapa saja di depannya. Itulah yang terjadi di Banjarmasin.
2007 lalu saya merantau ke Banjarmasin, ngekos di sebuah kamar ukuran 3 x 3 m. Ketika itu di bulan April udara cukup panas, kebetulan kamar kos saya terletak di lantai dua.
Di siang bolong, saya dikejutkan dengan bunyi sirine, awalnya saya mengira itu hanyalah ambulan atau rombongan polisi yang sedang mengiring pejabat lewat. Namun, bunyi sirine itu semakin lama semakin kencang, bahkan bersahut-sahutan.
Ternyata itu adalah bunyi dari sirine mobil BPK yang sedang mengejar tempat kebakaran.
 "Keren, pemadam kebakarannya banyak", kata saya dalam hati.
Selang beberapa hari kemudian, terjadi lagi kebakaran. Besok dan besoknya selalu ada rumah yang terbakar.
Saya rasa hampir 10 kali terjadi kebarakan dalam sebulan terakhir kala itu.
Tak heran selain dijuluki kota beribu sungai, Banjarmasin juga memiliki julukan lain yang unik, yakni "Kota Beribu Pemadam".
Jika musim kemarau tiba, mereka para "penjinak api" berhamburan keluar dengan atributnya masing-masing. Seorang kawan pernah berceletuk "Belum sampai pemadamnya, apinya sudah mati sendiri".
Masuk Rekor Muri
Heboh memang keberadaan BPK di Banjarmasin. Bahkan menurut catatan sejarahnya, Damkar di Banjarmasin telah ada sebelum era kemerdekaan.