Dari dua kemungkinan di atas, maka kita sudah dapat mengambil kesimpulan. Bahwa jika di antara keduanya lolos menjadi wakil rakyat, tidak mungkin mereka akan mendukung buruh. Sudah pasti mereka akan mendukung para pengusaha.
Di negara demokrasi, seseorang bukanlah dipilih oleh rakyat. Melainkan, satu orang calon tersebut menggerakkan massa di belakangnya merekayasa masyarakat untuk memilihnya.
Kemudian, apa peran kaum buruh dan pekerja di dunia demokrasi? Sayangnya, para buruh hanya dipakai suaranya saja untuk melegitimasi sebuah kekuasaan atas nama demokrasi. Itulah faktanya.
Pengusaha Lebih Bisa Diandalkan Dalam Mengelola Keuangan
Para pengusaha, sudah diketahui memiliki reputasi. Jelas bahwa mereka lebih mampu mengelola ekonomi ketimbang para buruh.
Bisakah si miskin mengungguli si kaya? Bisa saja, jika mereka mau.
Dari perspektif di atas, jika pemerintah diberikan suatu pilihan untuk memberikan bantuan kepada pengusaha atau buruh. Tentu pemerintah lebih senang memberikannya kepada pengusaha.
Jika uang tersebut diberikan kepada pengusaha, maka mereka akan mengembangkannya dalam bentuk usaha-usaha lainnya. Kemudian, hal tersebut memicu pengembalian modal lebih cepat.
Berbeda jika memberikan segepok uang kepada buruh. Mereka hanya akan mempermewah hidup mereka dengan cicilan kredit motor, kulkas, TV, dan barang mewah lainnya.
Sebesar apapun subsidi yang diberikan pemerintah si miskin tetaplah miskin, malah menjadi beban, tak ada yang berubah.
Untuk Melindungi Kalangan Bawah
Pengusaha harus diberikan jatah makan agar tidak memakan orang-orang kecil di bawahnya. Jika kita ilustrasikan di dalam kolam, ikan besar adalah pengusaha dan ikan kecil adalah si miskin, dan pemerintah sebagai peternak ikan.
Di suatu waktu si peternak ikan hanya mampu membeli satu jenis pakan ikan. Jika ia membeli untuk ikan kecil, ikan kecil itu mungkin akan gemuk. Namun, di luar dugaan mereka akan habis, dimakan oleh ikan besar.