Hari itu entah tanggal berapa saya agak lupa tepatnya saya dan teman-teman ingin berfoto-foto di salah satu stadion di daerah Bantul yaitu stadion Sultan Agung karena dalam beberapa bulan kedepan salah satu teman saya akan melangsungkan akad nikah bersama dengan calon pasangannya seorang TNI.
Sebenarnya tim rombongan kami beranggotakan enam orang, namun yang satu sudah pergi ke semarang kembali ketempat kelahiranya karena ada satu dan lain hal. Kami berencana beberapa hari sebelumnya, namun ketika hari H nya  saya mengubah rencana untuk berpindah tempat kesalah satu tempat wisata didaerah sriharjo lebih tepatnya kedung parang.
Beberapa jam kemudian teman teman saya menyetujuinya dan kami berangkat setelah pulang kantor, karena kami setiap hari sabtu pulang pukul 13.00 WIB jadi kita memiliki cukup banyak waktu untuk refreshing dari aktivitas perkantoran. Setelah tepat pukul 13.00 WIB kami berangkat untuk mencari makan terlebih dahulu untuk mengisi perut kami yang kosong.
Kami makan sampai sekitar kurang lebih pukul 14.40 WIB, sembari salat asar ditempat kami makan, kebetulan ditempat kami makan ada musola, salatlah kami disana, selesai salat kami mulai berangkat menuju lokasi yang kami tuju, sedikit saya tarik kebelakang kami menemukan tempat tersebut di salah satu postingan di instagram sebuah gambar suangai yang cukup menarik mata, berawarna biru dan bersih cocok untuk nyore, nyantai, ngobrol, ngopi, dan healing disana tempat itu bernama Kedung Parang.
Tempat tersembunyi dan tidak banyak orang tau, ketika saya mencari digoogle belum banyak orang yang menuliskan, bahkan ketika mencari di google mpas tidak menemukanya. bagi yang bisa berenang disana juga diperbolehkan untuk berenang tidak ada larangan untuk berenang, namun tetap berhati-hati karena sungainya sangat tenang dan cukup dalam.Â
Untuk keamanan dari warga saya mendengar dari percakapan warga disaat ada yang berenang dan menghawatirkan seseorang perenang "mbok kui seng lagi renang, nek seng ra iso renang tenan rondo neng pinggir wae ndak ngko kelelep aku ndadak njegur, soale bariki aku arep neng rewangan" ia bercakap-cakap bersama salah satu temannya yang juga ada disana, sambil tertawa bersama.
 Jika dalam bahasa indonesia kurang lebih begini "itu yang lagi berenang, kalo dia masih perenang pemula jangan jauh-jauh, biar tidak tenggelam, soalnya saya habis ini mau ke acara nikahan" tentu sambil bercanda namun bapak ini ikut bertangung jawab kepada setiap pengunjung yang datang di tempat tersebut, jadi bapak ini berperan sebagai tukang pakir ditempat tersebut dan juga megawasi seluruh pengunjung yang datang kesana.
Bapak tersebut tidak memakai seragam ataupun rompi tertentu yang menunnjukan keamanan, namu beliau merasa memiliki tangung jawab atas hadirnnya setiap pengunjung. Tidak ada penarikan tiket, tempat ini cukup masih prawan, karena masuknya hanya membayar tiket parkir sebesar Rp 2000 setelah itu kita bebas menikmati tempat tersebut.
Banyak hal yang bisa dilakukan disana bisa sambil ngopi, ngobrol, nyantai bersama teman-teman atau keluarga, ada juga kemarin disana sedang nggrill memasak daging, sosis, naget, dan semacam lainnya dengan kompor portable dan tabung gas yang kecil.
Fasilitasnya cukup memadai namun masih dalam sekala warga, karena tempat tersebut benar-benar dikelola oleh warga lokal ada parkiran namun parkiranya parkiran alam yang kirinya tempat kita turun menuju parkiran dan kanannya seperti jurang namun bukan jurang sesungguhnya mungkin kebawahnya sekitar 2,5 atau 3 meteran.
Ada sekitar tiga, warungnya juga dikelola oleh warga pribadi, ada yang unik disini yaitu ketika warungnya tidak ada pembeli pemilik warung berkebun disampingnya, karena sampingnya adalah kebun pemilik warung tersebut, pemilik warung juga ramah-ramah jika beliau ditanya apapun akan dijawab dengan keramahan beliau dengan khas logat kedesaan beliau.
Harga di warung tersebut juga murah-murah tidak ada yang mahal, ada kopi sekitar Rp3000, gorengan, mie, dll cocok buat kami yang ingin low budget, karena parkirnya saja Rp2000, jika mau pesan kopi Rp 3000an dan jika mau makan mie instan + telur sekitar Rp6000 atau Rp7000 jika ditotal habis sekitar Rp11.000 saja, penglihatanmu sudah dimanjakan oleh sungai yang sangat jernih, sangat luas, samping kanannya sebuah bukit yang cukup tinggi dan cocok untuk ngobrol ataupun berenang sepuasnya.
Bisanya teman-teman datang kesana sore hari karena untuk menikmati waktu sore dan berenang disana, mungkin jika dikelola lebih baik lagi akan lebih indah, karena saya melihat masih ada benyak sepace kosong jika dimanfaatkan dan dikembangkan akan menjadi lebih indah dan semakin menarik minat pengunjung, juga bisa membantu perekonomian warga setempat.
Jangan khawatir disana juga ada toiletnya lho, namun sekali lagi masih sederhana, disana juga diperbolehkan ngcamp/camping, kemarin saat saya mengunjungi tempat tersebut ada tiga tenda yang sedang di dirikan, namun disarankan jika datang kesana tidak saat musim hujan, karena disaat musim hujan ada kemungkinan air meluap.
Mengenai musim hujan saya sempat bertanya kepada bapak penjaganya "pak ini kalo musim hujan gimna?" tanyaku lalu dijawab oleh bapaknya "aman mas, selagi engga ada kiriman dari arah Wonosari, namun kalopun ada kiriman, airnya naiknya pelan-pelan kok mas"
Untuk  untuk nama tempatnya Kedung Parang berada di Kedung jati, Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. berupa aliran sungai Oya yang membentuk cekungan kedalaman kurang kebih 17 meter, dengan sisi utara berupa tebing batu .
Arah dari sriharjo ketimur agak keselatan sampai menemukan jembatan merah, jika sudah melewati jembatan merah bisa nyebrang lalu belok kekiri sudah tinggal mengikuti jalan tersebut sampai ujung. Nanti jika tidak tau bisa tanya kepada warga setempat pasti semua warga tau tempatnya, .
Eittsss jangan seneng dulu walapun tinggal mengikuti jalannya belum sampai disitu, kamu masih banyak tantangannya selama perjalanan, di beberapa meter perjalanan kamu akan disuguhkan jalan cor yang berwarna abu dari semen yang sampingnya jurang langsung dibawahnya sungai disampingnya tanpa pembatas, sepertinya jalanya masih kategori baru.
Kamu harus tetap berhati-hati karena adrenalinmu akan diuji jantungmu akan berdebar kencang, pikiranmu akan kemana-mana, tak jarang ada yang teriak saat melewatinya, dan masih melewati jalan yang naik turun.
kamu juga akan menenemui beberapa rumah warga yang cukup membuat berfikir bagaimana cara mebawa bahan bangunannya terlebih jalannya sempit, atau mungkin ada jalan lain yang bisa mengangukut bahan bangunan ke rumah tersebut.
Perjalannanya cukup menantang namun harga yang sama akan dibayarkan oleh keindahannya dan selamat menikmati.
adira.id/e/fkl2022-blogger
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H