Mendalami arti alhamdulillah...Â
 Â
 Seperti yang kalian ketahui, makna dari lafadz hamdalah adalah segala puji bagi Allah. Namun dalam kata "segala" timbul suatu pertanyaan, memangnya ada berapa jenis pujian? Mari simak pembahasan berikut ini.
  Pujian itu terbagi menjadi menjadi 4 dan keempat ini dikumpulkan dalam sya'ir:
قديم لقديم # قديم Ù„Øديث
Øديث لقديم # Øديث Ù„Øديث
-
Pujian Allah kepada diri-Nya
Pujian Allah kepada makhluknya
Pujian makhluk kepada Allah
Pujian makhluk kepada makhluk
1.Pujian Allah kepada diri-Nya
Perlu diketahui bahwa Allah sering memuji diri-Nya di dalam Al-Qur'an, namun hal ini tidak disebut sombong, melainkan disebut muadzhim nafsahu atau muadzhom nafsuhu hal ini dikarenakan hak Allah untuk menunjukan keagungan kepada semua makhluknya. Dan jelas sekali bahwa semua makhluk derajatnya di bawah tuhannya. Sedangkan sombong itu menunjukan keagungan disertai merendahkan, padahal sesama makhluk itu memiliki derajat yang sama. Karena yang membedakan derajatnya nanti itu ialah keimanannya.
   Â
2.Pujian Allah kepada makhluknya
Bagian yang kedua dari jenis pujian adalah pujian Allah terhadap makhluknya. Allah sering kali memuji makhluknya didalam Al-Qur'an seperti dalam surat shad ayat 44 yang artinya:
"Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar".Â
Disini Allah memuji Nabi Ayyub a.s atas kesabarannya.
3. Pujian makhluk kepada Allah
Hal ini pastinya sudah sering anda temui di kehidupan nyata dan banyak contohnya seperti mengucapkan Alhamdulillah ataupun bersyukur dengan menggunakan hati dan perbuatan.
4. Pujian makhluk kepada makhluk
Bagian yang terakhir adalah pujian makhluk kepada makhluk. Lalu kenapa pujian ini juga tetap ditujukan kepada Allah? Coba kalian pikirkan ketika kalian memuji sesuatu seperti "ih bagus banget bajunya" atau pujian yang lain. Nah menurut kalian siapa yang dipuji disana? Apakah bajunya atau orangnya? Atau keduanya? Nah sudah jelas kan bahwa si pemilik juga dipuji walaupun pujian tersebut tidak langsung kepada dirinya. Maka dari itu pujian makhluk kepada makhluk juga tetap diberikan kepada Allah, karena Allah adalah pemilik kita semua dan pemilik seluruh alam.
 Mari kita bahas lebih dalam lagi. Lafadz hamdallah sering menggunakan jumlah ismiah tidak menggunakan jumlah fi'liah. Mengapa demikian? Apakah ada alasannya? Mari kita simak pembahasan berikut ini!
 Kata ini merupakan jumlah ismiah karena kedua jenis kata tersebut menggunakan kalimat isim. Nah susunan alhamdulillah dimasukan kedalam mubtada dan khabar. Lalu kita lihat ke perkataan pujian yang lain seperti atau . Keduanya sama-sama memiliki arti memuji kepada Allah. Yang pertama menggunakan fi'il mudhari', artinya saya sedang/akan memuji kepada Allah. Sedangkan yang kedua menggunakan fi'il madhi,  artinya saya telah memuji kepada Allah. Apakah alasannya sudah tergambar dalam benak kalian? Saya yakin kalian sudah melihat perbedaan makna dari ketiga lafadz tadi, namun agar lebih jelas, saya mengambil referensi dari ilmu bhalaghah. Disana disebutkan bahwa salah satu faidah menggunakan jumlah ismiah adalah menunjukan makna istimror atau bisa juga menunjukan makna dawam. Jadi jelas sekali mengapa kata "alhamdulillah" lebih sering kita dengar di banding kata lainnya. Karena dengan menggunakan kata "Alhamdulillah" maka maknanya sama saja artinya dengan segala puji bagi Allah di setiap waktu. Maka oleh karena itu kata "alhamdulillah" memiliki kelebihan di antara dua kata tadi. Kata "alhamdulillah" tidak terikat oleh waktu sedangkan dua kata yang sebelumnya terikat oleh waktu. Maka karena itulah penggunaan Alhamdulillah lebih masyhur dan lebih sering digunakan.Â
Sekian dari saya, semoga ada manfaatnya ya!!!.Â
Silahkan beri saya saran dalam membahas sesuatu di kolom komentar ya ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H