Mohon tunggu...
Zulfa MuasarohBinti
Zulfa MuasarohBinti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya Zulfa, mahasiswi jurusan Perbankan Syariah

Saya Zulfa, mahasiswi jurusan Perbankan Syariah di salah satu PTKIN di Malang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dewi Kwan Im, Dewi yang Melambangkan Belas Kasih dalam Ajaran Buddha

23 Maret 2022   11:28 Diperbarui: 24 Maret 2022   21:32 7294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
potret saya bersama beberapa teman bersama Bapak Rudi (bonus, kami bertemu turis dari Jerman)

Setelah berhasil, kita ambil stik-stik panjang yang berisi nomor ini Mbak. Kita kocok sampai jatuh satu stik, apabila telah jatuh, kita lihat nomornya. Nah, ini jatuh pada nomor 28. Berarti resep untuk Mbak ada di kotak nomor 28." Pak Rudi berjalan menghampiri kotak berisi tulisan resep yang juga menggunakan aksara Cina. "Kalau umat kami biasanya langsung membawa resep ini ke toko obat herbal Cina, mereka akan langsung resepkan obat kepada kami."

Tidak sampai di sana, Pak Rudi juga menjelaskan beberapa kolase bakti yang berada pada dinding kelnteng. "Mbak bisa lihat di sana, itu adalah bakti yang harus dilakukan umat manusia. Mereka harus menurut kepada orang tua, berkorban, melakukan kebajikan selama hidup. Saya pikir seluruh umat beragama memiliki dasar ajaran yang sama. Begitu juga dalam agama Mbak, ya? Kalau semua orang memperdalam agama, saya yakin tidak akan ada perpecahan."

Kami mengangguk membenarkan. Pak Rudi masih setia menaikkan telunjuknya guna menjelaskan satu persatu gambar kepada kami. "Sebetulnya gambar di sini lebih bagus Mbak. Sayangnya pada tahun 1965, ketika ada peristiwa G30S/PKI, gambar kami harus dihapus dengan paksa. Kami terlalu takut diangkap penganut komunis, takut ditangkap, begitu. Lalu untuk sementara kami hapus dan kami gambar lagi setelah keadaan membaik, namun tidak bisa sebagus dulu."

Saya cukup sedih mendengarnya, namun, tidak lama setelah itu Pak Rudi kembali terkekeh. "Tapi itu dulu ya, ketika masalah politik sedang buruk. Sekarang saya yakin orang-orang sudah pada mengerti akan toleransi."

Yang diktakan Bapak Rudi benar. Orang-orang sudah mulai mengerti akan perbedaan. Memang seharusnya begitu. Kami hidup berdampingan tidak sendirian. Kami hidup dan berjalan bersamaan. Tidak seharusnya saling tuduh, saling melukai, sampai-sampai menghina perbedaan agama yang dipeluk tiap manusia. Sejatinya, apapun kepercayaan yang dianut, seperti kata Pak Rudi tadi, dasar ajaran suatu agama adalah kebaikan. Menghargai sesama. Dalam agama apapun, menyakiti manusia lain adalah dosa.

Pertemuan saya akhiri dengan mengucap banyak terima kasih, Pak Rudi membalas kami dengan ucapan yang sama. "Nanti saya undang Mbak Mas sekalian ketika ada acara besar, hihi."

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun