Mohon tunggu...
Zulfa Liswanti
Zulfa Liswanti Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Ibu RT

Menuangkan isi pikiran sebatas kemampuan di usia yang terus menua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perampas Cinta

1 Desember 2017   21:41 Diperbarui: 1 Desember 2017   21:45 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebahagiaan yang telah dirajut

Diincar sang pengecut

Ada indikasi dirinya mengajak ribut

Layani saja jangan tersurut 

Kekasih hati  sandaran jiwa 

Diapun menginginkannya

Tak peduli bahwa sudah ada yang punya

Cerminan  malu tidak bertahta 

Mengapa masih mampu tertawa

Seolah tak tahu dosa

Nikmat yang dirasa

Membuat sosok  yang tulus  menjadi tersiksa

Tak mampu kendalikan nafsu

Bahagia sesaat itu menuju pilu

Menuai derita seiring berjalannya waktu

Mungkin itu yang dituju

Sang perampas cinta 

Jiwamu terlena 

Bergelora tak pada tempatnya

Hingga yang lain terluka

Sang perampas cinta 

Jiwamu buta

Betapa kejamnya

Tak peduli ada air mata

Sang perampas cinta

Sengsaramu kan tiba

Seiring adanya do'a

Dari makhluk tak berdosa

Tampunik, 01 Desember 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun