Mohon tunggu...
Zulfakriza Z.
Zulfakriza Z. Mohon Tunggu... Dosen - Dosen yang senang ngopi tanpa gula dan tanpa rokok

Belajar berbagi lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Refleksi Satu Bulan Bencana Gempa Pidie Jaya

8 Januari 2017   07:43 Diperbarui: 8 Januari 2017   08:19 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar salah satu lantai rumah yang retak akibat gempa (koleksi pribadi)

Sebagai seorang yang pernah belajar dan memahani sedikit tentang ilmu kebumian, penulis mencoba mengambil beberapa pelajaran dari kejadian gempa bumi di Pidie Jaya. Walaupun sebenarnya, gempa bumi di Pidie Jaya bukanlah yang pertama sekali terjadi di Aceh. Tercatat beberapa kejadian gempa bumi besar bahkan ada diantaranya yang memicu gelombang tsunami, seperti yang terjadi pada 26 Desember 2004.

Sumber gempa bumi pada 7 Desember lalu terjadi pada daerah yang tidak pernah diduga sebelumnya. Sesar aktif di daerah ini belum terpetakan secara baik. Bahkan Tim Revisi Peta Bahaya Gempa Bumi Indonesia tidak memperhitungkan adanya sesar aktif di Pidie Jaya untuk menjadi masukan dalam revisi Peta Bahaya Gempa Indonesia. 

Pada awalnya sempat berkembang pendugaan Sesar Samalanga Sipopok sebagai sumber terjadinya gempa bumi di Pidie Jaya. Namun setelah melihat sebaran gempa susulan, pola kerusakan bangunan dan pemutakhiran posisi gempa utama, para ahli kegempaan yang tergabung dalam Pusat Studi Gempa Nasional (PusGen) mencoba menduga bahwa ada sesar lain yang belum dipahami dengan baik. Mereka menyebutnya dengan nama Sesar Pidie Jaya (Harian Kompas, 24-12-2016).

Secara geologi, wilayah pantai utara Aceh tersusun dari endapan aluvial yang tebal dan umurnya relatif muda. Endapan yang tebal ini menjadi salah satu kendala sehingga sesar/patahan tidak teridentifikasi karena tertutupi oleh endanpan. 

Ada sebuah dokumen ilmiah yang telah dipublikasikan oleh Barber & Crow tahun 2005 dalam buku Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution yang menjelaskan adanya beberapa sesar di pantai utara Aceh. Akan tetapi pemetaan sesar yang dilakukan hanya berdasarkan kajian geologi secara regional. Untuk itu, pendalaman penelitian tentang sumber gempa menjadi penting untuk dilakukan secara terpola dan berkelanjutan.

Di sisi lain, gempa bumi yang terjadi di Pidie Jaya tergolong salah satu gempa yang tidak terlalu kuat jika dibandingkan dengan gempa bumi yang terjadi di Selandia Baru pada 13 November 2016 dengan magnitudo 7,8. Kedua gempa tersebut terjadi pada kedalaman yang dangkal. 

Akan tetapi yang menarik disini adalah gempa yang terjadi di Selandia Baru tercatat 2 orang korban jiwa. Sebuah angka yang relatif kecil jika dibandingkan dengan korba jiwa yang terjadi di Pidie Jaya pada 7 Desember lalu. Dalam hal ini, perlu menjadi pembelajaran bagi kita untuk meningkatkan mutu bangunan yang aman terhadap gempa, sehingga tidak menimbulkan korban yang banyak.

Bangaimana dengan Banda Aceh?

Selanjutnya yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana dengan daerah-daerah lain yang sudah terpetakan sesar aktif di dekat wilayahnya. Seperti halnya Kota Banda Aceh yang diapit oleh dua sesar aktif yang merupakan kemenerusan dari Zona Sesar Sumatera. Kedua sesar ini sudah diperhitungkan sebagai sumber gempa yang dimasukkan dalam Peta Bahaya Gempa Bumi Indonesia. 

Kedua sesar ini dikenal dengan nama Segmen Seulimum dan Segmen Aceh. Dalam kondisi ini, Banda Aceh menjadi salah satu kota yang berpotensi terjadinya gempa bumi. Pernyataan ini tidak bertujuan untuk menakut-nakuti, akan tetapi sebagai pemahaman bagi kita bahwasanya kita bermukim pada wilayah yang rawan gempa. Untuk itu menjadi penting bagi kita untuk mengambil pelajaran dari kejadian gempa Pidie Jaya sebagai langkah untuk waspada dan kesiapsiagaan.

Tentu tidak berharap dan kita selalu berdoa agar gempa bumi tidak terjadi di Banda Aceh. Itu merupakan harapan kita semua. Akan tetapi tidak ada salahnya kita berikhtiar untuk melakukan upaya mitigasi dan langkah pengurangan risiko bencana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun