Mohon tunggu...
Zulfa Izzatur
Zulfa Izzatur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswa aktif program studi Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Baritan Sedekah Laut, Harmoni Tradisi Jawa dan Ajaran Islam di Pesisir Pemalang

14 November 2024   15:19 Diperbarui: 14 November 2024   15:23 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baritan Sedekah Laut di Asemdoyong, Pemalang. Sumber: joglojateng.com

1. Persiapan dan Pembuatan Sesaji

Sebelum hari pelaksanaan Baritan Sedekah Laut, masyarakat akan mempersiapkan sesaji yang terdiri dari berbagai macam makanan, seperti nasi tumpeng, buah-buahan, ikan hasil tangkapan, serta makanan tradisional lainnya. Sesaji ini dipersiapkan dengan penuh ketelitian dan kesungguhan, karena dianggap sebagai simbol rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan serta laut agar memberikan hasil yang berlimpah.

Selain itu, beberapa desa di Pemalang juga menyiapkan perahu hias yang dihias dengan sesaji dan bunga sebagai bentuk penghormatan kepada laut. Perahu ini nantinya akan dilepaskan ke laut sebagai simbol pemberian atau sedekah kepada laut.

2. Doa Bersama dan Tahlilan

Pada hari pelaksanaan, masyarakat berkumpul di tempat yang telah ditentukan, biasanya di tepi pantai atau pelabuhan. Acara dimulai dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh seorang tokoh agama setempat, seperti kiai atau ustaz. Doa yang dibacakan berisi permohonan kepada Tuhan agar memberikan keselamatan, kesehatan, dan hasil tangkapan laut yang melimpah.

Selain doa, dalam beberapa kasus, acara ini juga disertai dengan tahlilan atau pembacaan kalimat dzikir. Pembacaan tahlil atau doa lainnya bertujuan untuk memohon keberkahan, keselamatan, dan perlindungan dari segala marabahaya yang mungkin mengancam kehidupan para nelayan dan warga pesisir.

3. Melepas Perahu Sesaji ke Laut

Salah satu momen puncak dalam Baritan Sedekah Laut adalah pelepasan perahu hias yang berisi sesaji ke laut. Perahu ini dilepaskan ke laut sebagai simbol "sedekah" atau pemberian kepada laut. Masyarakat percaya bahwa dengan memberikan sesaji kepada laut, mereka akan mendapatkan perlindungan dan hasil laut yang baik selama musim melaut.

Pelepasan perahu ini diiringi dengan doa bersama agar laut memberikan hasil yang melimpah, tidak ada bencana alam seperti badai atau gelombang besar, dan para nelayan dapat melaut dengan selamat. Setelah pelepasan perahu, masyarakat biasanya melanjutkan dengan makan bersama atau kenduri sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan.

4. Makan Bersama dan Kenduri

Setelah semua rangkaian ritual selesai, acara dilanjutkan dengan makan bersama di tempat yang telah disediakan. Makanan yang disajikan adalah hasil dari persembahan, termasuk nasi tumpeng dan hidangan lainnya yang menjadi simbol syukur kepada Tuhan. Makan bersama ini juga menjadi momen untuk mempererat hubungan sosial antara warga, sekaligus memperkuat rasa kebersamaan dan gotong royong dalam masyarakat pesisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun