Mohon tunggu...
Zulfaisal Putera
Zulfaisal Putera Mohon Tunggu... Administrasi - Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Berbagi dengan Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Baaray

12 Agustus 2023   22:35 Diperbarui: 12 Agustus 2023   22:44 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Ada satu fenomena yang saya temukan dari para penikmat bila makan di sebuah restoran atau cafe. Begitu makanan dan minuman yang disajikan di hadapannya, yang dilakukan pertama adalah menata letaknya dan memfoto, berkali kali, sampai merasa fotonya pas. Apa tujuannya? Bisa jadi untuk koleksi, tapi lebih banyak untuk dipasang di media sosial, dengan disertai kalimat penjelas.

Bagi Anda yang terobsesi mengunggah foto makanan dan minuman di media sosial, hati-hati. Menurut Dr. Valerie Taylor, psikiater dari Women College Hospital, University of Toronto, Kanada, yang dikutip Viva.co.id. bisa jadi gangguan mental. "Beberapa orang keluar rumah untuk makan, bukan karena memang membutuhkan makanan. Justru hanya demi interaksi di media sosial. Apa yang dimakan, kapan mengunjunginya dan kapan kembali ke tempat tersebut," kata Dr. Taylor.

Foto: Zf
Foto: Zf

Kebiasan tersebut bisa jadi gejala gangguan kebiasaan makan atau tanda adanya masalah psikologis. Berupa bentuk obsesi dan keasyikan tidak sehat pada makanan. Lalu, pada beberapa orang yang melihat foto makanan dan dengan mudah tergoda bisa berujung menjadi hingga kegemukan. Studi pada 2012 yang dilakukan oleh tim dari University of Southern California mengungkap kalau sering melihat foto makanan di internet akan merangsang otak untuk makan secara berlebihan.

Memfoto makanan di restoran untuk ini ternyata ada juga dilarang oleh pemilik restoran. Beberapa restoran di luar negeri menerapkan peraturan kalau makanan tidak boleh difoto dan diunggah ke media sosial. Seperti restoran di New York milik Chef Michelin, David Bouley melarang pelanggannya untuk mengambil foto makanan dan minuman yang disajikan. Menurutnya, makanan yang disajikan harus segera dinikmati dan aktivitas mengambil gambar bisa mengganggu pelanggan lain.

Namun, sebaiknya, diri kita sendirilah yang melarang, atau paling tidak mengurangi kebiasaan makan dengan foto yang dipublikasi. Selain tidak baik secara sosial, juga agar takdianggap autis. Ini istilah saya saja. Karena tampaknya hobi semacam ini, bila dianggap ganggugan psikologis, ya diawali dengan gangguan saraf - yaitu ketidakmampuan menerjemahkan gejala sosial sebagai bagian dari kesehatan berpikir.

Okelah. Hidup ini memang pilihan, Sebagai umat beragama, khususnya Islam, Rasulullah sebagai teladan hidup sudah memberikan rambu rambu agar selalu berbagai makanan kepada tetangga - bisa diterjemahkan juga siapa pun. Jadi, kalau siap , ya siap juga seharusnya berbagi. Jangan baaray kalau hanya untuk (Banjar; merangsang selera makan) orang lain. (Zf)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun