Â
Sesungguhnya setiap manusia memiliki sifat horor.Sifat itu sudah sejak kecil ditanamkan orang tua masing-masing untuk meneruskansifat horor yang juga sudah ditanamkan oleh pendahulu mereka sebelumnya. Dansetiap generasi orang tua itu menyadari bahwa horor itu sebenarnya tidak ada.Tersebab merekalah yang menciptakan itu turun temurun.
Tersebutlah, misalnya, ayah dan ibu yang ingin pergike luar rumah hanya berdua. Agar anak tidak merengek untuk ikut, maka orang tuamemberi alasan hendak suntik ke dokter.Â
Kata 'suntik' menjadi horor menakutkanbagi anak hingga dia urung untuk memaksa ikut. Horor demikian berakibat anakakhirnya tidak mau dibawa ke dokter ketika sakit karena takut disuntik.
Begitu pula ketika anak masih bermain di ruang tengahdan tidak mau tidur, sementara orang tua sudah mengantuk. Maka orang tuamenyebutkan bakal ada hantu di ruangan itu.Â
Kata 'hantu' horor yang palingmenakutkan bagi anak. Selanjutnya, anak menjadi ketergantungan untuk ditemaniorang tuanya, walaupun di rumah sendiri, karena merasa ada hantu.
Sifat horor itu juga dimiliki manusia denganmengatasnamakan jabatannya. Seorang aparat keamanan, misalnya, demi untukmenciptakan keamanan agar tetap kondusif, maka cukup menginformasi akan adanyaoperasi a, b, atau c.Â
Begitu pula untuk menjaga stabilitas keuangan, pemerintahcukup mengumumkan bakal ada kenaikan harga a, b, atau c.
Disadari atau tidak, apa yang dilakukan aparattersebut sebenarnya merupakan horor bagi rakyatnya. Mereka yang merasa tidaklengkap administrasi, seperti tidak punya SIM, operasi razia kendaraan menjadisangat menakutkan.Â
Begitu pula kenaikan harga, menimbulkan ketakutan bakal adapengaruh terhadap pengaturan keuangan rumah tanggal selanjutnya.
Saya menjadi berpikir bahwa benar "horor adalahpenghapusan topeng", seperti yang dikatakan Robert Bloch (1917--1994), penulis fiksiilmiah asal Amerika.Â