Mohon tunggu...
Zulfah Nur Rahman
Zulfah Nur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya seorang mahasiswa program studi bimbingan dan konseling fakultas keguruan dan ilmu pendidikan semester 6 di universitas ahmad dahlan

seorang yang suka mencari ilmu atau hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Pendidikan Islam di Era Society 5.0

21 Juli 2021   23:00 Diperbarui: 22 Juli 2021   01:27 5043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Universitas Ahmad Dahlan

Disusun Oleh:

Muhammad Luthfi Harits 1800001090/BK/FKIP

Zulfah Nur Rahman 1800001094/BK/FKIP

Bagus Ulil Said 1800001055/BK/FKIP

PENDAHULUAN

Perkembangan di era industry 4.0 ini memiliki dampak dari segi positif dan negatif bagi dunia pendidikan. Tantangan pendidikan islam bagi para guru di era ini memiliki kewajiban mempersiapkan diri guna menghadapi perubahan sikap dan perilaku siswa dengan harap generasi milenial ini sudah tidak lagi asing dengan dunia digital dan sudah terbiasa menerima informasi dan teknologi industy 4.0. Sikap yang muncul dari siswa di era ini antara lain kecanduan gadget, cyber bullying, atau bahkan turunnya etika atau akhlak. 

Sehingga sudah menjadi kewajiban guru pendidikan agama islam memikirkan upaya dalam menghadapi perubahan-perubahan perilaku siswa di industry 4.0. Apabila sikap dan perilaku siswa di era industry 4.0 tidak ditangani atau diatasi maka akann berdampak pada runtuhnya sikap, etika dan akhlak siswa. Maka dari itu, guru harus memiliki kemampuan yang memadai dalam mengatasi perubahan-perubahan perilaku siswa dalam dunia pendidikan. 

Menurut (Dewey, 1930) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup. Sedangkan Dalam perspektif Islam, pendidikan diperlukan untuk memelihara fitrah manusia yang hanief sekaligus mengoptimalkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang sesungguhnya. 

Manusia sendiri memiliki peran sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Di sinilah pentingnya pendidikan untuk memberi bekal kepada manusia untuk menjalankan fungsi ganda tersebut (Kosim, 2019). Oleh karena itu, masyarakat harus berpendidikan karena pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia (Fadjar, 1999). 

Pada saat ini pendidikan mempunyai tantangan yang semakin sulit karena pendidikan akan dihadapkan dengan kemajuan teknologi dengan berkembangnya revolusi Industri 4.0 yang belum selesai lalu dikejutkan dengan munculnya society 5.0 yang mengakibatkan ketertinggalannya pendidikan di saat perkembangan teknologi semakin maju. 

Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 menurut Andreja merupakan gerakan nyata terhadap perkembangan informasi dan teknologi yang semakin canggih (Rojko, 2017). Kemajuan tersebut menjadi sebuah tantangan bagi dunia pendidikan termasuk pendidikan islam dan seluruh komponen masyarakat. 

Oleh karena itu, untuk menghadapi munculnya society 5.0 dibutuhkan inovasi-inovasi yang kreatif dan tepat dalam upaya menghadapi tantangan yang akan muncul di era society 5.0 (Putra, 2019). Peranan guru sangat penting dalam hal pendidikan agama islam dalam menghadapi era society 5.0. 

Guru Pendidikan agama islam harus memiliki 3 (tiga) kemampuan diantaranya adalah sebagai berikut: Kemampuan dalam memecahkan suatu masalah, Kemampuan untuk bisa berfikir secara kritis, dan Kemampuan untuk berkreativitas dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan dari munculnya era society 5.0 (Umro, 2020).

PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dalam kehidupan manusia. Kata islam sendiri merujuk dalam perilaku yang mempertahankan diri dalam pendidikan Agama Islam dengan menunjukkan sisi lain dari pendidikan, yaitu pendidikan yang berlandaskan Islam.  

Pendidikan agama islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun akhirat (Arifin, 2009). Tujuan pendidikan islam adalah segala sesuatu yang diharapkan tercapainya setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. 

Problem umat islam saat ini diakibatkan oleh adanya orientasi pendidikan agama yang kurang tepat. Maka dari itu, ada tiga hal yang bisa dikemukakan untuk membuktikan kekurang-tepatan orientasi pendidikan yang yaitu: 

Pertama, Pendidikan agama saat ini lebih berorientasi pada belajar tentang agama, oleh sebab itu banyak orang mengetahui nilai-nilai tentang ajaran agama, tetapi perilakunya tidak menunjukan nilai-nilai ajaran agama yang diketahuinya. 

Kedua, Tidak tertibnya penyusunan dan pemilihan materi-materi pendidikan agama yang sering ditemukannya hal-hal yang seharusnya dipelajari lebih awal, malah terlewatkan. berbeda dengan azhab yang dianut mayoritas, maka diklaim sebagai sesat dan menyimpang. 

Ketiga, kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam serta kurangnya penguasaan semantic dan generic atas istilah-istilah kunci dan pokok dalam ajaran agama sehingga sering ditemukan penjelasan yang sudah sangat jauh dan berbeda dari makna, spirit, dan konteksnya. 

Pada gilirannya kondisi semacam ini menjadikan ajaran-ajaran agama yang dipegang dan dianggap benar oleh para pemeluknya adalah ajaran agama yang sudah sejarah ratusan tahun. 

Sehingga seringkali tidak diketahui darimana sumbernya, apakah dari Al-Qur’an, Sunnah, atau dari pengalaman panjang kaum muslimin yang setiap periode tertentu membentuk dan memadatkan kepentingannya sehingga tahap demi tahap kepentingan yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi siswa di dunia yang dianggap sebagai bagian integral dari ajaran islam. 

Tiga kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu ataupun guru diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam masyarakat dan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan islam. Pendidikan islam harus mampu menghadapi tantangan yang ditimbulkan akibat munculnya era society 5.0. 

Akibat pendidikan agama semacam ini, kaum muslimin biasanya lebih merasa benar berpegang kepada produk-produk pemikiran konfensional yang tidak begitu jelas dari mana berasal dari pada berpegang langsung kepada Al-Qur’an dan Sunnah (Syukur, 2020). Tantangan tidak harus dimaknai sebagai sesuatu yang membuat sulit, atau kadang menghambat sesuatu yang ingin dicapai, tetapi tantangan adalah penggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah (Pewangi, 2016). 

Menurut (Zubaedi, 2012), ketika globalisasi dihadapkan dengan pendidikan Islam, maka muncul dua implikasi sekaligus, yakni peluang dan ancaman. Sebagai peluang, globalisasi di satu sisi akan memudahkan pendidikan Islam untuk mengakses berbagai informasi secara cepat, juga memudahkan pendidikan Islam untuk menyebarluaskan produk-produk keilmuan yang memberikan manfaat bagi masyarakat. 

Masa Era Society 5.0 berarti suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia atau bisa disebut (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Contohnya yaitu aplikasi yang diterapkan oleh pemerintah Jepang dengan adanya konsep era society 5.0 ini yang lahir dari revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi dalam kedudukan dari peran manusia. Society 5.0 adalah masyarakat yang menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0 seperti internet untuk segala sesuatu, kecerdasan buatan yang dibuat oleh negara jepang di era society 5.0, data dalam jumlah besar, dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sebagai pengganti dari aktivitas manusia (Santoso, 2020).

KESIMPULAN

Pendidikan era globalisasi membantu mengembangkan kepribadian peserta didik guna menjadi pribadi yang memiliki integritas tinggi. hal itu menjadi tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidik. pendidikan islami harus mampu bersaing dengan tantangan globalisasi. pada era society 5.0 ini, diharapkan guru pendidikan islami dapat menghadapi tantangan-tantangan yang dapat memberikan inspirasi yang membentuk sumber daya manusia yang unggul. guru pendidikan islam juga harus memiliki kemampuan-kemampuan yang sejalan dengan tantangan era globalisasi pendidikan islam juga harus dapat melakukan langkah strategis dengan membangun sebuah paradigma keilmuan yang integratif.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. (2009). Ilmu pendidikan Islam tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan interdisipliner. Bumi Aksara.

Dewey, J. (1930). Democracy and Education: An Introduction to the Philosophy of Education. 434. http://books.google.com/books?id=tfUvXujrJHEC&pgis=1

Fadjar, A. M. (1999). Reorientasi Pendidikan Islam. Fajar Dunia.

Kosim, M. (2019). Peluang Dan Tantangan Pendidikan Islam Era Industri. Murabby: Jurnal Pendidikan Islam, 2(2), 125–135. https://doi.org/10.15548/mrb.v2i2.400

Pewangi, M. (2016). Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi. Tarbawi, 1(1), 1–11.

Putra, P. H. (2019). Tantangan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Society 5.0. Islamika : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 19(02), 99–110. https://doi.org/10.32939/islamika.v19i02.458

Rojko, A. (2017). Industry 4.0 concept: Background and overview. International Journal of Interactive Mobile Technologies, 11(5), 80. https://doi.org/10.3991/ijim.v11i5.7072

Santoso, K. A. (2020). Pendidikan untuk menyambut masyarakat 5.0. Al-Makrifat.

Syukur,  taufik abdillah. (2020). Ilmu Pendidikan Islam. https://doi.org/10.31219/osf.io/cnga2

Umro, J. (2020). Tantangan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Era Society 5.0. Al-Makrifat, 5(1), 79–95. http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/makrifat/article/view/3675

Zubaedi. (2012). Isu-Isu Baru dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita Selekta Pendidikan Islam (C. Henrry (ed.); Cetakan 1). Pustaka Pelajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun