Mohon tunggu...
Zulfahmi Syamsuddin
Zulfahmi Syamsuddin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Akademisi, Peneliti bidang Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam

Berbuat yang Terbaik, Bermanfaat bagi Dunia dan Bermakna bagi Akhirat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Wisuda dalam Pendidikan Islam dan Pergeseran Prosesi Wisuda pada Institusi Pendidikan

4 Mei 2023   20:56 Diperbarui: 4 Mei 2023   21:02 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesan ilmiah dan kewibawaan ilmu tersirat dari cara berpakaian. Penghormatan dan kemuliaan dalam prosesi wisuda menggambarkan pemberian izin (ijazah) keilmuan kepada pelajar dari guru-guru mereka.

Apa yang dipraktekkan Universitas Islam pada awal perkembangannya bukan sebatas ceremonial wisuda. Namun jauh dari itu, ialah sebuah pengakuan keilmuan dari guru kepada murid.

Guru tidak akan memberikan ijazah dengan mudah. Pelajar harus bermulazamah dalam waktu yang lama, menguasai kitab-kitab yang diajarkan gurunya, menghayati kepribadian dan akhlak gurunya, selalu tawadhu' dengan ilmu yang telah dicapai dan berbagai hal lainnya.

Tidak dapat dipungkiri, semua perkara tersebut dilakukan hanya untuk mendapatkan ijazah. Waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan ilmu menjadi berkah dalam kehidupannya. 

Cara-cara seperti ini dipraktekkan di dunia Islam. Seperti di Jami'ah Al-Azhar, Madrasah Nizamiyyah, Madrasah Muntasiriyyah, Universitas Qarawayin dan berbagai perguruan tinggi Islam lainnya.

Hari ini, nilai filosofis dari istiadat wisuda dan pemberian ijazah telah berpindah haluan. Setidaknya ada beberapa sebab yang menjadikannya terus dipinggirkan.

Pertama, kewibawaan ilmu tidak ditempatkan lagi pada hakikatnya. Siapa saja boleh mengatakan apa saja tanpa dasar ilmu yang kokoh. Berita hoaks bertebaran dimana-mana. Apabila tidak ada fondasi yang kuat maka akan sangat mudah tergelincir.

Kedua, proses akreditasi lembaga pendidikan hanya sebatas memenuhi syarat akreditas. Kredibilitas lembaga hanya sebatas pengakuan pada secarik kertas akreditas. Namun, kualitas keilmuan masih sangat rendah

Ketiga, pendidikan sarat dengan tujuan politik. Berganti satu periode pemerintahan, berganti pula arah pendidikan. Padahal negara bisa merumuskan tujuan akhir pendidikan dalam berbangsa dan bernegara

Keempat, wibawa dan kualitas guru harus terjaga. Untuk menjadi seorang guru baik pendidikan dasar maupun perguruan tinggi. Haruslah mempunyai kepakaran dalam bidangnya masing-masing. 

Bukan karena sanak saudaranya atau rekanan dapat serta merta menjadi guru. Namun, benar-benar harus memiliki keilmuan yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun