Mohon tunggu...
Zulfa Ghaniyah Salsabila
Zulfa Ghaniyah Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

menggunakan waktu luang untuk membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Home Schooling

18 Mei 2022   19:35 Diperbarui: 18 Mei 2022   19:37 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ini kata “home schooling” sudah tidak asing lagi di telinga penduduk Indonesia. Hal ini dikarenakan semakin populernya pendidikan yang satu ini sehingga orang-orang banyak yang mencari tahu mengenai pendidikan ini dan akhirnya tertarik untuk menggunakan layanan pendidikan home schooling bagi para buah hati mereka. Meskipun banyak terjadi pro-kontra mengenai pelaksanaan home schooling ini namun tetap ada orang tua yang mempercayakan anaknya untuk menjadi home schooler.  Tidak hanya karena ketertarikan yang membuat orang tua memutuskan anaknya untuk home schooling namun banyak pula yang ditunjang oleh berbagai alasan seperti ketidak cocokan anak untuk belajar secara formal, alasan kesehatan anak, karena sekolah formal dirasa kurang mampu memenuhi kebutuhan anak, pendidikan disekolah reguler dinilai dapat menghilangkan minat belajar pada anak, dipercaya sebagai pedidikan yang tidak menyebabkan stress, dll. Sehingga home schooling menjadi jalan alternatif pendidikan saat pendidikan formal dirasa tidak tepat untuk diterapkan pada anak. Namun dengan kelebihan-kelebihan yang terasa pada home schooling bukan berarti tidak ada kendala yang dialami dari pendidikan yang satu ini. Terdapat berbagai kekurangan dalam penerapannya seperti ketidaksiapan orang tua dalam mendidik anak mereka sendiri, fasilitas dirumah tidak selengkap fasilitas yang disediakan di sekolah, terdapat orang tua yang cenderung pasif dalam pelaksanaan kegiatan belajar dirumah, serta ketidakmampuan orang tua untuk membayar homeschooling ketika anak mereka mendapat masalah disekolah formal. Untuk lebih mengenal mengenai home schooling mari kita simak penjelasan di bawah ini.

Home Schooling dapat mewujudkan aktualisasi diri pada anak

Pada jurnal Progressive Digressions : Home Schooling for Self-Actualization dinyatakan bahwa Home schooling merupakan cara yang kreatif untuk mewujudkan aktualisasi diri pada anak. Hal ini dikarenakan guru dapat mengeksplor secara maksimal berbagai macam cara mendidik yang cocok dengan karakter anak dan terfokus hanya pada satu anak sehingga peserta didik dapat berkembang lebih maksimal dibandingkan dengan belajar dikelas reguler dimana satu guru bertanggung jawab untuk memperhatikan banyak murid lainnya. Selain itu home schooling juga dalam kegiatan belajarnya menyesuaikan dengan kecepatan seorang peserta didik tanpa harus mengejar ketertinggalan dengan peserta didik lain. Seorang peserta didik dapat berjalan dengan kecepatannya sendiri tanpa harus mengikuti standar kecepatan orang lain karena home schooling mementingkan cara yang efektif bagi seorang anak untuk belajar.

Home schooling menjadi pendidikan yang tidak menyebabkan stress

Dalam jurnal yang berjudul The Home Schooling Mother-Teacher: Towars a Theory of Social Integration disinggung bahwa home schooling bertindak sebagai pendidikan yang dapat mengurangi stress. Hal ini karena terdapat hubungan baik yang terjalin oleh guru dan murid. Guru menjadi mengenal satu anak secara mendalam dan lebih mudah untuk bertindak sesuai dengan karakter anak tersebut. Selain itu orang tua dapat memantau secara langsung pendidikan anaknya dirumah dan ikut terlibat dalam pendidikan anak sehingga orang tua dapat lebih mengenali anak lebih dalam demi tumbuh kembangnya yang optimal serta bertidak lebih baik untuk mendidik anaknya secara langsung.

Home schooling dilakukan karena sekolah merasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan anak

Temuan dalam penelitian yang berjudul Home education for children with additional learning needs-a better choice or the option? Mengungkapkan bahwa kurang dari sepertiga pendidik home-schooling memiliki murid dengan kebutuhan belajar tambahan karena dikeluarkan dari sekolah akibat perbuatan buruk. Namun bagi anak dengan kebutuhan khusus home schooling sendiri dilakukan karena sekolah merasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan anak. Dan para orang tua tidak memiliki pilihan lain selain mendidik anaknya dirumah walaupun mereka tidak siap untuk mendidik anaknya dirumah karena. Penelitian juga menunjukkan adanya diskriminasi pada anak dengan kebutuhan belajar tambahan atau berkebutuhan khusus. Sebagian orang tua juga menilai bahwa bersekolah formal tidak cocok dengan anaknya. Namun sekolah tidak memiliki kemampuan untuk menunjang secara finansial agar muridnya dapat menempuh pendidikan dirumah atau home schooling. Pendidikan dirumah menjadi jalan terbaik bagi anak-anak tertentu. Namun fasilitas yang ada pada sekolah formal belum tentu sepenuhnya didapat pada pendidikan dirumah.

 

Dari berbagai penjelasan yang telah dibahas sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa home schooling merupakan model pendidikan dimana sebuah keluarga bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai asas pendidikannya. Home schooling atau pendidikan dirumah merupakan cara pendidikan yang dikembangkan oleh reformis pendidikan karena adanya kelemahan yang terjadi pada proses pendidikan di lembaga. Menurut penelitian dampak positif dari home schooling adalah terbangunnya suasana belajar yang mengurangi stress. Home schooling juga menjadi jalan keluar bagi sekolah reguler  yang dirasa tidak mampu memenuhi kebutuhan peserta didiknya.

Home schooling merupakan salah satu cara pendidikan yang praktis. Namun home schooling belum tentu dapat mengimbangi fasilitas yang ada di sekolah reguler pada umumnya. Home schooling juga menjadi jalan keluar bagi peserta didik yang memiliki permasalahan disekolah reguler. Oleh karena itu home schooling dapat disebut sebagai sebuah jalan alternatif pendidikan. Home schooling juga mengakomodasi potensi kecerdasan individu sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan individu.

Daftar Pustaka

Rivero, L. (2002). Progressive digressions: Home schooling for self‐actualization. Roeper Review, 24(4), 197–202. https://doi.org/10.1080/02783190209554180

McDowell, S. A. (2000). The home schooling mother-teacher: Toward a theory of social integration. Peabody Journal of Education, 75(1–2), 187–206. https://doi.org/10.1080/0161956X.2000.9681941

Slater, E. V., Burton, K., & McKillop, D. (2020). Reasons for home educating in Australia: who and why? Educational Review, 00(00), 1–18. https://doi.org/10.1080/00131911.2020.1728232

Maxwell, N., Doughty, J., Slater, T., Forrester, D., & Rhodes, K. (2020). Home education for children with additional learning needs–a better choice or the only option? Educational Review, 72(4), 427–442. https://doi.org/10.1080/00131911.2018.1532955

McDowell, S. A., Sanchez, A. R., & Jones, S. S. (2000). Participation and perception: Looking at home schooling through a multicultural lens. Peabody Journal of Education, 75(1–2), 124–146. https://doi.org/10.1080/0161956X.2000.9681938

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun