Mohon tunggu...
Zulcar Chaeril
Zulcar Chaeril Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writer and lecturer

Menulis mengenai pemasaran, startup, digital marketing, olahraga bola basket, dan traveling . kontak z.chaeril@gmail.com blog: https://zulcarc.wixsite.com/journeytime

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kembali Menang di Final Kedua, Stapac Jakarta Angkat Piala di Bandung

26 Maret 2019   09:00 Diperbarui: 26 Maret 2019   20:45 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stapac Jakarta Juara. (sumber: ligaolahraga.com)

Perbandingan antara pemain lokal Stapac dan Satria Muda sangat terlihat jauh pada gim 2 ini, pemain lokal Stapac mampu bermain sangat meyakinkan dan turut andil dalam pemenangan Stapac Musim ini berbeda dengan Satria Muda ini merupakan salah satu statistik terburuk mereka, tim sebesar Satria Muda tidak seharusnya pemain lokal bermain jauh dari kemampuan terbaiknya.

Kegagalan Satria Muda meraih kemenangan gim 2 ini mengantarkan Stapac menjadi juara musim 2018/2019 yang pada gim 1 Stapac sudah meraih kemenangan pertamanya. 

Prestasi yang mengagumkan ini juga diikuti dengan terpilihnya beberapa pemain Stapac yang meraih gelar individu musim ini seperti Abraham Damar yang meraih sixth man of the year, Agassi peraih Rookie of the year, Widyanta meraih most improved player dan pastinya Kaleb Ramot Gemilang sang peraih MVP. Dengan kemenangan ini Stapac mengawinkan gelar juara mereka dengan juara pra musim kemarin.

Kecemerlangan musim ini bagi Stapac juga diraih dengan konsistensi permainan mereka. Stapac sudah menunjukkan kemampuan pemain lokal di preseason kemarin yang dimana mereka juga menjadi juara hingga musim reguler dan final. 

Kemampuan Stapac menggabungkan 2 gelar juara pra musim dan musim reguler ini harus diapresiasi, Stapac merupakan tim pertama yang mampu meraih kedua gelar tersebut bersamaan setelah 10 tahun terakhir tidak ada yang bisa meraihnya. 

Keberhasilan Stapac juga tidak lepas dari gaya permainan eropa yang dibawa oleh Coach Gibi ke Stapac Jakarta. Bermain sebagai tim dan percaya antar pemain membawa Stapac sebgai tim yang mampu menjalanakan instruksi coach Gibi dengan baik. Bagaimana tidak, mereka tidak pernah meremehkan satu pertandingan pun yang dilakoninya sehingga membawa mereka menang terus menerus, tidak ada satu big match pun yang mereka harus telan jari selama musim 2018/2019. 

Satria Muda berbeda dengan musim sebelumnya saat dimana mereka mampu menjadi juara. Musim ini ditutup oleh kekalahan di laga final menghadapi Stapac Jakarta, namun merekapun harus berbangga karena musim ini banyak kerikil yang mereka harus hadapi, kekalahan selama di reguler season sebanyak 7 kali, dan cideranya Jamar Johnson di semifinal saat menghadapi NSH. 

Sebagai tim besar yang memiliki tradisi dan mental juara Satria Muda mampu bangkit walau harus kalah di laga pamungkas setidaknya mereka sudah mengarahkan semua kemampuan terbaik mereka di musim ini. Sampai jumpa di IBL musim 2019/2020!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun