Mohon tunggu...
Sang Pangeran
Sang Pangeran Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita itu

18 Januari 2019   09:56 Diperbarui: 18 Januari 2019   11:43 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jemariku berhenti sejenak. Kubetulkan sikap dudukku sambil menghela nafas panjang membuang pandangan ke batas horizontal biru disana. Pemisah laut dan langit. Mesti sama sama berwarna biru tapi jaraknya begitu jauh. Sangat jauh. Seperti kamu mimpiku.

Kusesap kopiku yang sudah dingin. Yah..bukan nikmatnya yang kucari, aku hanya butuh teman pengusir kantuk. Sekilas jam tanganku menunjukkan pukul 3 sore. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling. Tidak banyak orang di sini. Meskipun sekarang hari libur tapi sepertinya orang-orang lebih tertarik menghabiskan hari liburnya di pusat perbelanjaan atau tempat permainan anak-anak. Dunia sudah begitu berubah. Kubiarkan laptopku dalam posisi menyala, kuputuskan untuk berjalan jalan sebentar melemaskan kaki.

Setapak demi setapak aku membuat jejak di sepanjang pantai yang langsung akan dihapus oleh ombak. Dan ombak yang agak besar datang sesekali menghantam kakiku membuat basah ujung celanaku, seperti marah karena aku menodai kanvas pantainya dengan langkah kakiku. Dan jiwaku, masih terperangkap kenangan masa lalu.

Berangkat dari sebuah tatapan, ceritaku pun berlanjut..

Kau tidak pernah menanyakan namaku. Kau pun tidak pernah mengenalkan dirimu padaku. Kau hanya memanggil namaku sesukamu, tertawa di sampingku semaumu. Kau memperlakukanku seolah aku adalah bagian dari masa lalu yang sudah sangat kau kenal, seakan aku adalah bagian dari hidupmu. Tanpa canggung

Tapi aku, adalah seorang perempuan yang menjalani hidup yang berbeda denganmu. Aku melewati jalan yang lain dari jalanmu. Dengan latar belakang yang sama sekali berbeda. Menyadari semua itu, langkah kakiku pun terhenti.

Ada perasaan perih dan sedih menggelayuti hatiku, membungkus perasaan rindu yang teramat sangat. Pengakuan hati atas arti seseorang didalamnya.

Namun mimpi, hari hari denganmu hidupku tak lagi menjadi biasa. Karena tiap saat kulihat orang-orang tersenyum maka senyummu pasti ada di antaranya. Saat kudengar mereka tertawa bahagia maka mereka pasti tertawa karnamu. Akupun mulai tergoda.

Saat kau tenggelam dalam pekerjaanmu, wajahmu terlihat begitu serius. Manis. Aku terpesona.

Suatu hari, kutemukan kau diantara hingar bingar teriakan senang anak-anak kecil. Beberapa di antaranya, bahkan menangis karna kau usili. Aku merasa terpikat. Lalu suatu saat kutemukan diriku tenggelam dalam doa-doa suci yang kau lantunkan. Menghangatkan hati, meneduhkan jiwa. Maka saat itu juga, hatiku mulai jatuh kepadamu.

Mimpi, aku juga ingin tersenyum. Aku ingin tertawa. Merasakan hangat dan perasaan teduh itu sedikit lebih lama. Dan sejak saat itu, aku biarkan kau membuatku tersenyum, dan akupun tertawa di sampingmu. Memandangi wajahmu, menikmati suaramu. Mengikuti arus, melewati waktu, menjalani hari demi hari. Tuhan, aku mulai terbuai. Hari-hariku penuh dengan namamu, penuh dengan kehadiranmu. Senyummu, tawamu, candamu, rajukanmu, amarahmu. Ini menyenangkan, sangat membahagiakan. Seakan aku menemukan sekeping ruh yang terpisah dariku sejak lama. Ah..andai semua ini berlangsung selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun