Kemudian berakhir dengan emosi dan curhat pada tetangga atau mantan kekasih. Kesal pada suami ditumpahkan semua pada anak yang jika melakukan kesalahan sedikit berujung pada kekerasan dan menimbulkan luka batin pada anak hingga menimbulkan gangguan mental.Â
Oleh sebab itu, psikologi sangatlah penting terutama parenting. Ya mungkin ada yang berkilah belajar parenting setelah menikah saja. Telambat Ferguso! Dengan belajar parenting sebelum menikah kita akan paham banyak hal, termasuk pola asuh yang kita terima sejak kita kecil. Kita akan menemukan hal-hal yang seharusnya tidak terbawa hingga kita dewasa, seperti mudah marah, mudah ngambek, kasar, sulit percaya dengan orang lain, takut keramaian dan sebagainya.Â
Jika sudah mengetahui sedikit banyak tentang parenting, kita akan berusaha menerapkan pola asuh yang benar sesuai kepribadian si anak kelak.
Oleh sebab itu, sebelum menikah kita perlu melakukan konseling pra nikah. Selain psikologi, agama tentu menjadi hal yang utama. Alasan inilah yang menjadi motivasi agar menjadi pribadi yang siap saat sudah menikah, membawa kapal pada tujuannya bukan berhenti di tengah lautan karena visi dan misi yang berbeda.
Orangtua, kakek, nenek mungkin menganggap mereka yang paling mengerti pernikahan seperti apa. Kenyataannya, pernikahan mereka tidak seindah itu karena kurangnya pemahaman dan kesiapan.
Sosial di Indonesia memang luarbiasa, pertanyaan kapan akan panjang sekali. Mulai dari kapan nikah, kapan punya anak, kapan anaknya nambah, hingga kapan anaknya nikah lagi. Padahal tanpa bertanya "kapan nikah" pun undangan akan datang pada waktunya.
Berhentilah bertanya "kapan nikah" dan membandingkan orang lain, menikah tidak semudah itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H