"Jadi benar kita mau terusin ini, Pak?" tanya Mbak Sutini suatu sore di pendopo desa. Matanya tampak ragu, meski ia sudah terlibat cukup jauh dalam skenario ini.
Pak Kades hanya tersenyum tipis.
"Percaya saja, Mbak. Orang-orang lebih senang bicara soal cinta daripada soal angka. Apalagi kalau angka itu nggak ada hubungannya sama uang mereka."
Kabar tentang kedekatan mereka terus menyebar, membuat masyarakat Sujawi sibuk dengan dugaan-dugaan yang makin liar. Bahkan, isu lain yang sempat mencuat, seperti perbaikan jalan desa yang tak kunjung selesai atau laporan keuangan yang tak pernah jelas, perlahan-lahan terlupakan.
Di warung kopi, Naryoto semakin menikmati perannya sebagai "penyampai berita".
"Lha iya, Kang! Pak Kades itu katanya mau nikah sama Mbak Sutini bulan depan. Mungkin cuma akad kecil-kecilan di pendopo."
Karmin menatap Naryoto dengan tajam, tapi ia memilih diam. Dalam hati, ia menduga ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini. Namun, siapa yang mau mendengar?
Pak Kades berdiri di pendopo, melihat ke arah sawah bengkok. Dalam hati ia tersenyum. "Orang-orang memang lebih mudah teralihkan oleh gosip," gumamnya.
Namun, skenario ini tak selamanya mulus.
Setelah semua persekongkolan itu berjalan dengan baik, Naryoto, si penyebar berita, datang menemui Pak Kades. Ada sesuatu yang ingin ia tagih.
"Pak, kita sudah sepakat, ya?" Suaranya berbisik tetapi tegas.
Pak Kades mengerutkan kening. "Sepakat soal apa lagi, To?"
Naryoto mendekat, matanya memancarkan ancaman. "Soal hubungan saya dan Mbak Sutini dulu. Saya bantu Bapak tutupi penyalahgunaan dana desa ini, tapi Bapak juga harus pastikan tidak ada satu pun yang tahu kalau saya dan Mbak Sutini pernah... ya, Bapak tahulah."
Pak Kades membeku. Ia tahu apa yang dimaksud Naryoto. Hubungan gelap antara Naryoto dan Mbak Sutini yang dulu masih berstatus istri orang lain adalah rahasia besar yang bisa menghancurkan semuanya. Kini Naryoto mulai merasa punya kuasa untuk mengatur permainan.
Pak Kades tersenyum kecil, meski hatinya mendidih. "Tenang saja, To. Rahasiamu aman... selama kamu tidak lupa siapa yang punya kuasa di sini."