Prinsip itu benar-benar ia pahami sebelumnya agar suatu saat kalau dagannya tidak laku, ia akan tetap tenang dan melanjutkan usahanya.
Di saat Naryo mulai merasa putus asa karena dagangannya tidak laku, ia kembali ke warung Mbah Gito. Ia bermaksud curhat, berharap ada motivasi atau nasihat yang bisa memberinya semangat.
Namun, sebelum Naryo mencurahkan hatinya, Mbah Gito lebih dulu berujar
"Sampean tahu ndak mas, kenapa saya ini tidak pernah menagih hutang -- hutangmu?"
"Eh Kenapa Mbah?" jawab Naryo sambal tergagap
"Dulu seusiamu, aku pernah mengalami semua kegagalan yang sampean rasakan saat ini, melamar gadis  ditolak, selain itu usaha-usahaku juga tidak ada yang berhasil, entah itu bertani, beternak, semuanya gagal"
Mbah Gito melanjukan kalimatnya
 "Sampean lihat, warung pecel ini sudah lima belas tahun, pasang surut pelanggan, kadang pas sepi semua barang dagangan ini aku bagikan ke tetangga. Tapi sampean pasti tahu mas, warung ini juga yang mengantarkan anak-anaku selesai sekolah sampai perguruan tinggi, padahal kalau dalam berdagang sampean masih lebih baik dariku, grapyak adalah modal utama seorang pedagang, dan sampean punya itu"
"Lihat kebanyakan warga disini mengenalmu, mas. Baik tua atau muda, bahkan anak-anak yang umurnya jauh dibawahmu, mereka semuanya merasa nyaman kalau sampean yang ajak bicara"
Guyuran motivasi dari Mbah Gito seperti air segar yang menghujani Naryo. Semangat yang mulai redup itu kembali menyala seperti matahari pagi ini.
"Mbah kalau begitu, aku ngutang lagi"