Lain keadaan jika tolok ukurnya adalah Alquran dan Sunnah Nabi Saw. Semua akan tuntas jika dikembalikan kepadanya, serta---yang paling penting dan menentukan---menerima dengan rasa cinta kepada dua sumber itu dan membuang pendapat salah yang selama ini dipegangnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).(An-Nis' [4]:59)
Namun, yang paling mendasar lagi agar bisa menerima atau tidak adalah apa akidah kita? Islamiyyah atau bukan? Sahihah atau tidak? ... Apa ideologi kita? Atas dasar Islam atau Liberal atau komunis?
Semua ditentukan oleh siapa pendidik kita? ahli dalam agama Islam serta mengamalkan ataukah 'sok ahli'... Dan lagi siapa pendidik (sekolah) pertama (madrasah ula) kita... Ibunda kita? Atau bimbel-bimbel?
Yang menanamkan akidah Islam yang Sahih adalah orang tua kita yang dari mereka kita lahir di dunia 'tuk siap bertarung!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H