Mohon tunggu...
Zufar Arsandy Abyan
Zufar Arsandy Abyan Mohon Tunggu... Lainnya - SMA Al-Hasra

Pelajar SMA Al-Hasra Kelas 12

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keajaiban Kearifan Lokal Lombok: Harmoni Budaya dan Alam

15 Oktober 2024   14:41 Diperbarui: 15 Oktober 2024   14:48 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lombok adalah sebuah pulau yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Indonesia. Pulau ini terkenal dengan keindahan alamnya, dari pantai-pantai yang memesona hingga pegunungan yang menjulang, seperti Gunung Rinjani. Namun, yang tak kalah menarik dari Lombok adalah warisan budaya yang kaya, terutama dari Suku Sasak, suku asli yang mendominasi pulau ini. Suku Sasak memiliki tradisi, seni, dan adat istiadat yang diwariskan secara turun-temurun sejak abad ke-15 yang membuat Lombok menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang menarik (Zainuri et al.).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2023 menyatakan pulau Lombok memiliki populasi sekitar 3,4 juta jiwa, dengan mayoritas penduduknya adalah Suku Sasak yang berjumlah sekitar 85% dari populasi. Suku Sasak telah menetap di Lombok sejak milenia awal, dan hingga kini terus melestarikan tradisi dan adat mereka. Secara umum, masyarakat Lombok terdiri dari sekitar 850.000 rumah tangga, dengan rata-rata 4 orang per rumah. Pulau ini juga memiliki keragaman etnis, dengan komunitas kecil dari suku Jawa, Tionghoa, Sumbawa, dan Arab yang turut berkontribusi terhadap dinamika sosial budaya Lombok. Mayoritas penduduk Lombok beragama Islam, berbeda dengan pulau tetangganya, Bali, yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.

Desa Sade dan Tradisi Sasak

Desa Sade adalah salah satu desa wisata yang terletak di Lombok Tengah. Desa ini merupakan pusat budaya Suku Sasak yang masih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka, termasuk sistem kepercayaan Wetu Telu yang hanya melaksanakan sholat tiga waktu. Selain itu, para wanita di desa ini mewarisi keterampilan menenun kain tradisional sejak usia 9-10 tahun hingga mereka menikah, sebuah tradisi yang unik dan terus dilestarikan sebagai bentuk warisan budaya.

Suku Sasak memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam tiga lapisan utama: Ningrat (bangsawan), Pruangse (kelas menengah), dan Bulu Ketujur (rakyat biasa). Sistem kekerabatan mereka bersifat bilateral, di mana hubungan keluarga dihitung dari kedua belah pihak orang tua. Selain itu, terdapat aturan penamaan tradisional yang berubah sesuai status sosial seseorang setelah memiliki anak.

Gendang Beleq

Salah satu warisan budaya Suku Sasak yang terkenal adalah Gendang Beleq, sebuah alat musik tradisional yang dimainkan dalam acara-acara adat, seperti upacara pernikahan tradisional Nyongkolan. Gendang Beleq secara harfiah berarti "gendang besar" dalam bahasa Sasak, dan awalnya digunakan untuk mengiringi prajurit yang berangkat ke medan perang serta menyambut mereka setelah kembali. Alat musik ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-14, dengan ukuran panjang sekitar 110 sentimeter dan berat 2,5 kilogram.

Nyongkolan

Nyongkolan merupakan prosesi pernikahan tradisional Suku Sasak yang melibatkan arak-arakan pengantin pria menuju rumah pengantin wanita. Sebelum acara ini berlangsung, ada dua tahap penting lainnya yaitu Selarian, di mana mempelai pria "menculik" mempelai wanita untuk menikah, dan Selabar, ketika pihak keluarga pria mengirim utusan untuk memberi tahu keluarga wanita tentang niat pernikahan. Acara ini diiringi oleh Gendang Beleq dan menjadi simbol penghormatan terhadap tradisi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sasak.

Rebo Bontong

Upacara Rebo Bontong adalah ritual adat tahunan yang dilakukan masyarakat Pringgabaya untuk membersihkan diri dari penyakit. Dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Safar dalam kalender Islam, upacara ini mencerminkan perpaduan antara tradisi lokal dengan pengaruh agama Islam yang dominan di Lombok.

Malean Sampi

Malean Sampi adalah festival balapan sapi tradisional yang diadakan setelah panen besar, biasanya pada bulan April. Acara ini merupakan bentuk rekreasi dan hiburan bagi masyarakat Sasak. Dimulai sejak abad ke-18, Malean Sampi adalah simbol persatuan dan kebahagiaan masyarakat lokal setelah melewati musim tanam yang panjang.

Bau Nyale

Festival Bau Nyale adalah salah satu perayaan terbesar di Lombok, di mana masyarakat berkumpul di pantai untuk menangkap cacing laut yang dikenal sebagai Nyale. Festival ini terkait dengan legenda Putri Mandalika, yang dipercaya menjelma menjadi cacing laut demi menghindari pertempuran antar pangeran yang memperebutkan dirinya. Bau Nyale digelar setahun sekali, biasanya pada bulan Februari atau Maret, dan menjadi daya tarik wisata budaya yang luar biasa.

Bahasa Sasak

Bahasa Sasak adalah bahasa asli Suku Sasak yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat Lombok. Bahasa ini juga dituturkan di beberapa wilayah di Bali, seperti di Desa Tianyar dan Celukan Bawang. Penggunaan bahasa Sasak masih sangat hidup dan menjadi identitas budaya bagi masyarakat setempat.

Lombok adalah pulau yang kaya akan warisan budaya dan tradisi, terutama dari Suku Sasak. Berbagai adat istiadat, ritual, dan seni yang masih dipertahankan hingga kini menjadikan Lombok sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang menawan. Dari Desa Sade yang masih menjalankan tradisi Wetu Telu hingga festival Bau Nyale yang sarat legenda, Lombok menawarkan pengalaman yang autentik bagi para pengunjung. Dengan populasi mayoritas Muslim, masyarakat Lombok menjalani kehidupan yang dipengaruhi oleh Islam namun tetap menjaga akar tradisi lokal mereka. Kombinasi ini menjadikan Lombok sebagai destinasi yang unik dan layak untuk dikunjungi, baik untuk menikmati keindahan alam maupun mempelajari budaya yang kaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun