Mohon tunggu...
Zubairi
Zubairi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Artikel Ringan

Orang Kampung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Sumenep Sulit Bilang Kota, karena Kata "Sumenep" bagi Orang Sini Sudah Berarti Kota

17 Maret 2024   16:28 Diperbarui: 17 Maret 2024   18:59 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: htmgarcia/Pixabay.com

Sumenep, sama seperti kabupaten lain pada umumnya. Kabupaten di ujung timur Pulau Madura ini sama-sama memiliki kota. Sayangnya, warga Sumenep, khususnya orang-orang di desa saya, teman-teman desa sebelah dan teman-teman kampus, kok ya sulit bener untuk bilang "kota".

(Misalnya). Apakah Kota Keris ini menyimpan kisah asmara yang tragis, bikin hati rakyatnya jadi teriris-iris meski bukan terong lalu hancur lebur tak menyisakan apa-apa kecuali gwenchana-gwenchana, sehingga mereka jadi ogah untuk mengucapkan "kota"? Saya nggak pasti penyebabnya apa. 

Yang jelas, dari pengamatan saya, warga asal Sumenep ini kalau mau bepergian ke kota atau sedang ada di kota, bilangnya bukan ke atau di kota, tapi tetap bilang "ke Sumenep" atau "ada di Sumenep". 

Tak ada penyebutan kata "kota" tapi "Sumenep" 

Ada 16 desa yang masuk ke Kecamatan Kota Sumenep. Salah satunya adalah Desa Kolor, Bangkal dan Kebonagung. Dan desa yang masuk ke kecamatan kota, dari pengamatan saya, saat orang-orang hendak pergi ke sana, bilangnya bukan ke "kota". Tapi, ya tetap menyebut "Sumenep".

Ada beberapa contoh nyata tentang itu. 

Pertama, Saat orang-orang di desa saya mau membeli pakaian ke kota, tepatnya ke Pasar Bangkal, Kecamatan Kota, bilangnya bukan mau ke kota. Tapi, ke Sumenep. Paling tidak, mereka bilang ke Bangkal. Bukan ke kota. Padahal, Bangkal sudah masuk daerah perkotaan. 

Kedua, saat saya masih kuliah, tepatnya di semester akhir, teman-teman kampus banyak yang bikin ATM Bank BSI. Waktu ngumpul, saya tanya Bank BSI itu di mana. Teman saya menjawab: di Sumenep.

Saya paham, bikin ATM nya di Sumenep. Cuma, ketika saya tanya di mana, harusnya mereka juga paham bahwa lokasinya itu lho yang saya maksud. 

Menyebut Sumenep, itu menyebut nama kabupatennya. Maka jadi bingung kan, Sumenep bagian mana anj.....lok? Sumenep itu kan luas. 

Ternyata setelah saya cek di google, Bank BSI itu ada Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep. Ya, di Sumenep, ada desa yang namanya Kolor. 

Ketiga, saya sendiri sering banget saat mau ngopi atau ada keperluan ke daerah perkotaan, pamitnya sama orang tua bukan ke kota. Tapi, ya ke Sumenep. Dan orang tua saya nggak tanya ke Sumenep bagian mana. Mereka sudah paham kalau saya bakal beranjak ke kota. 

Keempat, sekitar seminggu yang lalu, teman saya mau bepergian ke Desa Kebonagung, Kecamatan Kota Sumenep. Awalnya saya nggak tahu kalau tujuannya ke situ. Sebab, bilangnya bukan "ke Kebonagung" atau "ke kota" tapi "ke Sumenep".

Intinya, kalau ada orang Sumenep bilang "sedang di Sumenep", besar kemungkinan berarti itu sedang di perkotaan.

Memang, ini agak gimana ya kedengarannya. Kek kurang masuk akal. Udah tinggal di Sumenep, mau ke kota, lha tapi pamitnya mau ke Sumenep pula. 

Saya pernah bilang ada di "Sumenep" dikira malah ada di "kota"

Saya kan tinggal di salah satu desa di Kabupaten Sumenep. Maka, saya disebut orang Sumenep. Karena saya tak merantau, maka saya ada di Sumenep. 

Nah, saat itu teman WA chat saya, nanya saya ada di mana, kebetulan dia ada di wilayah kota. Saya bilang sedang ada di Sumenep. Tak lama, dia VC dan misuh-misuh enjoy karena melihat saya sedang tiduran di kamar. 

Salah saya di mana? Padahal, udah bener sih saya sedang ada di Sumenep. Cuma, nggak di kawasan kota, tapi di desa saya sendiri. Lagi pula, saya kan nggak bilang sedang di kota, tapi sedang di Sumenep. 

Terakhir. Saya rasa ini lebih seksi, dan jelas lebih menarik. Tentu saja hal itu sama, tentang kota dan Sumenep tadi. Apa itu? Bersambung! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun