Mohon tunggu...
Zubairi
Zubairi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Artikel Ringan

Orang Kampung

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Nestapa Warga Pasongsongan Selatan Pegunungan: Jalan Rusak, Hidup Numpang Kayak Orang Nitip Gorengan!

14 Agustus 2023   07:59 Diperbarui: 14 Agustus 2023   14:48 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Area Masjid Jamik dan Taman Adipura Sumenep/dok.pribadi

Pasongsongan, merupakan sebuah kecamatan paling barat bagian utara Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Kecamatan ini, mempunyai sepuluh desa. Empat desa, terletak di utara pegunungan termasuk Desa Kecamatan Pasongsongan itu sendiri. Lalu, enam desa sisanya berada di selatan pegunungan. 

Dan di enam desa inilah masyarakatnya dipaksa bersabar akibat jalan (akses) ke Pasongsongan remuk ra karuan, ditambah lagi jaraknya cukup jauh. 

Saya sebagai salah satu pemuda yang hidup di salah satu desa selatan pegunungan sekaligus sebagai penyambung lidah warga tentang betapa nggak masuk akalnya hidup kami, dan betapa njelimetnya jika harus pergi ke kecamatan, akan memaparkan problem-problem yang ada. 

Gini, lho. Warga Kecamatan Pasongsongan selatan pegunungan itu tak punya jalan utama berbasis jalan raya menuju kecamatan.

Bayangkan! Betapa koplaknya hidup kami, 78 tahun Indonesia merdeka, kami merasa belum merdeka dari hal pelik ini. 

Yang tersedia hanya tetap jalan desa yang sempit dan rusak menuju kawasan kecamatan. Itu pun jalan rusaknya nggak diperbaiki, Pak!

Kami, ketika mau bepergian ke Pasongsongan (kecamatan kami), mau tak mau harus numpang lewat ke jalan kecamatan sebelah (Kecamatan Rubaru dan Ambunten). Sebab, jalannya enak, jalan raya, nyaman, katakanlah sejahtera gitu. 

Numpang lewat, jarak tempuhnya jauh, ya bersyukur aja. Warga Desa Rajun dan Cempaka contohnya, harus melewati jalan—dua kecamatan, delapan hingga sembilan desa secara keseluruhan untuk sampai ke Kecamatan Pasongsongan. 

Iya. Kami sudah malas betul muter-muter kayak obat nyamuk gini. Mau lewat jalan—kecamatan sendiri rasanya tulang dan pinggul di badan ini nyeri betul, dan kendaraan serta picis-picis motor ini kayak mau copot. Enak nggak, Cong? Ya enak, tapi ini enaknya ke tukang bengkel dan tukang pijat. 

Kami, yang dari selatan pegunungan hanya punya jalan alternatif. Inilah jalan asli kami, jalan sendiri warga Pasongsongan selatan pegunungan: pedesaan, rusak, dan lebarnya tak sampai 6 meter. Ini terletak di kawasan Soddara, Lebeng Barat, Lebeng Timur dan Montorna. 

Bayangkan! Ini jalan ke kecamatan, lho. Andai saja jalur alternatif ini diperbaiki—untuk tidak mengatakan bahwa pemerintah dan pihak berwenang belum peduli—kami sudah sangat bersyukur dan bahagia. Anggap saja sudah makmur sekali. 

Yang bikin kami tak asyik adalah, ketika kami harus pergi ke kantor kecamatan atau mau ke rumah sakit kecamatan. Seperti halnya untuk penerimaan bantuan dari pemerintah yang baik hati itu (uhuk), ibu-ibu mau lahiran, mau ke pasar dll,. 

Mau tak mau, kalau jarak tempuhnya mau lebih dekat, ya lewat jalan aspal yang hancur berantakan kayak masa lalu kamu itu. Kalau mau lewat jalan raya yang enak, ya muter dulu melewati beberapa desa yang jalannya nyaman miliknya kecamatan sebelah tadi.  

Bahkan, tatkala ada warga selatan pegunungan yang ketika sakit, tak dibawa ke rumah sakit kecamatan sendiri. Karena apa? Ya jarak tempuhnya jauh dan jalannya bikin kita selalu ber-istighfar. 

Selain itu, kami tak hanya numpang lewat seperti ketika mau bepergian ke kecamatan saja. Bahkan, untuk bertahan hidup pun, seperti mau ke pasar: belanja kebutuhan dapur, beli baju, dll., kami numpang ke pasar kecamatan sebelah: ke pasar yang ada di Kecamatan Rubaru, Ambunten dan Ganding. Karena, ya itu tadi, pasar Pasongsongan jauh, jalannya terluka. Pedih. Asli! 

***

Melihat keadaan yang tak ramah ini, dan betul-betul membosankan, setidaknya pihak kecamatan menyadari dan berbenah dengan serius atau konsul gitu kek ke pihak berwenang, kalau warga selatan pegunungan dan hidupnya sebetulnya numpang. Kayak orang jualan gorengan aja deh pake numpang segala. 

Selaku pihak kecamatan, ia punya hak untuk mengusulkan problematika ini secara serius ke kades antar desa atau ke pemerintah Kabupaten Sumenep bahwa, kami: butuh perbaikan jalan alternatif itu secepat mungkin. 

Lagi pula, yang dikatakan Jalan Kabupaten kan, jalan yang menjadi akses ke kecamatan ya. Lha, kok bisa-bisanya jalan rusak begini dibiarkan begitu saja? Hidup sudah susah, kok ya masih tetap disuruh bertahan dalam keadaan yang lebih susah. Halo, Pak halo...?

Dengan segala hormat dan kerendahan hati, kami berharap jalan alternatif yang rusaknya kampret tenan yang terletak di antara kawasan Soddara, Lebeng Barat, Lebeng Timur (NyeppEn) itu, setidaknya ditambal sulam lah, Pak (kades, pak Kecamatan, pak Pemda dan pak Bupati) mohon perhatian dan kerjasamanya, dong!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun