Ketika ingat, uangnya kepepet dibelanjakan lagi
Baiklah. Jika kau masih membantah dua poin di atas, saya kasih gambaran begini saja. Mungkin, orang itu ingat kalau ia sedang punya utang. Namun, ketika ingat pada utangnya, kebetulan uangnya kepepet mau dibelanjakan atau dipakai lagi. Ilustrasinya, lagi-lagi soal panen tembakau.
Misal, detik ini dia ingat kalau ia sedang punya utang. Besok (lebih baik) harus dibayar tuntas layaknya rindu--harus segera bertemu (dengan orang yang ada sangkut-pautnya dengan dia), ya orang yang dihutangi maksud saya.Â
Namun, kebetulan besok orang itu mau dipakai belanja, buat panen. Maka, uangnya kepepet mau dibelanjakan sembako macam beras, telur, daging ayam, rokok dan lainnya untuk bahan makanan atau seruputan ke orang-orang yang membantu panen tembakaunya. Gagal sudah dia membayar utangnya.Â
Ingat punya utang, tapi dia dalam keadaan bokek
Ketika seseorang dalam keadaan nggak punya uang, pikiran orang itu akan berkecamuk. Mau beli ini-itu nggak bisa. Atau bisa, tapi nggak cukup, jadinya tetap saja nggak bisa beli ini-itu, (lha?). Maka solusinya, ya kadang nekat berhutang lagi. Dalam situasi ngutang lagi itulah orang itu akan ingat, kalau dia sedang punya utang pada sampean tapi belum dibayar.
Mana bisa orang itu mau bayar utang pada sampean, lha wong dianya sedang berhutang lagi, kok. Jadinya, ya lama dia nggak bayar utang pada sampean. Dan ketika dalam posisi seperti itu, kita mestinya ya sabar saja.Â
Ingat! Sa...bar...!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H