Tuh, kan Menpora kena lagi. Ya gimana, ya. Sudah dibilang di awal, kalau Menpora ke sepak bola bakal langsung reflek menyikapi suatu hal. Coba sama olahraga lain, khususnya ke volly? Ya sedih atuh. Â
Lalu, apa coba yang mau disumbangkan Menpora ke volly kalau nggak mendukungnya berupa memberi masukan ke PBVSI atau ngasih dana? Kan, di volly naturalisasi nggak usah diurus, gor atau lapangan nggak terdengar ada masalah. Masak iya, kerjanya cuma mengapresiasi melulu? Eh~Â
Atletnya menjanjikan, mentalnya bagus, masak Menpora dan PBVSI volinya nggak mau mendunia?
Sudah banyak orang yang mengakui, kalau volly ini lebih menjanjikan daripada sepak bola. Lihat saja di ajang AVC ketika tim volly kita menang atas Bahrain dan Sri Lanka serta membantai Kazakhstan. Kekalahan atas Thailand di ajang itu, tak bisa dijadikan alasan bahwa tim volly Indonesia masih buruk dan belum layak tampil di ajang bergengsi. Bayangkan, andai saja sepak bola Indonesia mampu menggulung tiga negara itu di ajang AFC, sudah pasti bakal ramai dan disanjung tinggi, tagar Menpora atau PSSI di Twitter besar kemungkinan akan langsung muncul.Â
Kemenangan atas Bahrain dan Kazakhstan itu, bukan hal yang mudah. Dan jika berhasil menang, selain taktik pelatih yang jitu, itu juga karena faktor mental pemain volly Indonesia yang bagus. Contoh lain, lihatlah bagaimana Boy Arnez dan kolega di ajang Sea V League comeback atas Thailand kemarin lusa itu. Itu baru soal mental, belum ngomongin soal kualitas di posisi masing-masing pemain.Â
Melihat hal-hal di atas, maka sangat disayangkan jika PBVSI dan Menpora nggak serius dan maksimal dalam memperjuangkan tim voli Indonesia. Kualitas yang bagus mestinya kan harus didukung dan diperjuangkan dengan bagus pula, ya. Masak nggak mau mendunia? Atau, mau menunggu sepak bola mengglobal lebih dulu?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H