"Ya. Ada, Mas."Â
"BH berapa, Mas?"
Sejenak saya diam. Tak reflek membalas pesan orang itu. Bukan sombong. Bukan pula tak mau belajar militansi agar barang yang saya posting cepat laku, nggak, lho.Â
Tapi, saya bingung. Kok ya malah tanya BH ke saya. Kebingungan saya ada dua. Pertama, dia kan tanya BH berapa. Pemahaman saya, ya banyak. Sebab, di pasar, BH lebih dari 10 eks yang dijual. Pun perempuan yang mengenakan BH, juga tak sedikit. Â
Kedua, dia kan tanya BH berapa. Saya kira harga BH nya yang berapa. Saya pusing. Sebab, saya tuh nggak tahu soal harga BH. Nggak pernah beli BH. Sebab, ya nggak mau dianggap gila, ngapain saya mau beli BH?Â
Saya berpikir, ini kan jual beli motor, maka nggak mungkin BH yang dia maksud adalah BH yang lazim dipakai sama kaum perempuan itu. Mustahil. Akhirnya, saya bertanya ke teman saya. Ternyata, BH adalah singkatan dari Buka Harga. Maksudnya, dia bertanya harganya berapa dari barang yang yang saya posting. Baik itu harga Nego ataupun Net.Â
Ingat, BH adalah Buka Harga. Bukan Buka.......?
#TTÂ
Waktu itu, saya mau jual hape. Pemasarannya tentu saja masih lewat media online, Facebook. Singkat cerita, akhirnya ada orang yang bertanya: hp nya minusnya apa.Â
Saya jawab minus pemakaian saja. Barang oke dan mulus. (Lebih mulus dari aspal Mandalika dan jalanan rusak di Sumenep, Madura).
Tiba-tiba orang itu bilang gini, "kalau TT bisa nggak, Mas. Dan harus nambah berapa?" Saya sungguh dungu, nggak paham. Ha? TT. Pikiran saya ke mana-mana. Traveling liar. Sampeyan juga, kan?