Mohon tunggu...
Zubairi
Zubairi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Artikel Ringan

Orang Kampung

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Keterbatasan Hidup di Desa, namun Harganya Mahal bagi Orang Kota

1 Maret 2021   00:30 Diperbarui: 1 Maret 2021   00:37 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara bersih dan sehat adalah sasaran utama orang kota di saat libur kerja menghampirinya, ingin segera mencari tempat sejuk dan pemandangan berbeda karena sudah sumpek melihat gedung-gedung tinggi menjulang. Tak sedikit di antara mereka yang mengunggah konten di media dengan caption "Morning coffee with a view". Ingat, udara segar dan lingkungan sehat itu ada desa. Beruntunglah saya hidup di desa.

Hal sederhana namun sangat mahal harganya bagi orang kota. Setiap hari bisa saya nikmati sepuasnya. Suara burung berkicauan, semilir angin sejuk membuat dedaunan melambai-lambai, udara segar yang terjamin bersih, dan suara jangkrik di malam hari, aaahhh rasanya nikmat, tenang dan damai sekali.

Apalagi ditambah dengan Rokok Kretek Sampoerna, teh hangat yang diminum di bawah pepohonan untuk berteduh, ngumpul gembira ria, rasanya tak ingin ke mana-ke mana. Aaaahhh waaaahh... sudah-sudah, saya tak mau bahas semua kenyamanan di desa, tak mau congkak. Nanti kuwalat sama orang kota.

Tulisan ini sebelumnya dimuat di atorcator.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun