Mohon tunggu...
Zubaili
Zubaili Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer - Aceh. "Belajar Harus Berguru, Bukan Meniru"

Menulis adalah bagian dari belajar. Dengan belajar, kita bisa mengajar... Dengan mengajar, kita bisa belajar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Catatan Terakhir Buku Kecil Harianku (1)

1 Juni 2024   11:45 Diperbarui: 1 Juni 2024   11:50 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalam Allah Qur'anul karim. . . 

Surat Yasin mula pertama . . . 

Bak loeh mahfud awai geupeutroen . . . 

Siribee thon yoeh goh jeut donya . . .


Yoeh goh jeut langet ngon darat . . . 

Cit ka meusurat Yasin mulia . . . 

Kaleh meusurat bak loeh mahfud . . . 

Yoeh goh lom jeut manusia.

Nada syair qasidah Aceh  yang berasal dari HP kesayanganku tersebut membangunkan ku dari tidur nyenyak. Seperti biasanya, setiap pagi aku selalu dibangunkan oleh bunyi alarm dengan nada dering favoritku ini, yang sudah ku setel beberapa hari yang lalu, dan insyaAllah suara qasidah itu akan menjadi haris setiap pagi selama HP kesayanganku itu masih bernafas.

Sambil mengucek-ngucek kedua bola mataku, aku mencoba mencari di mana letak bunyi alarmku, karena  HPnya sudah tidak di tempat yang aku letakkan waktu tidur semalam, mungkin akibat tidurku yang cukup lasak membuat HPku lari dari tempat kediamannya,,hehhee . 

 "Rupanya kamu di sini, ya? " gumamku dalam hati, sambil tersenyum karena senang telah menemukannya kembali, yang bersembunyi dibawah bantal guling ku. Kemudian aku mengambilnya dan melihat jam di HP ku, Jam 07 Teng.

" Wah! Gawaat, ini alarm terakhirku, aku pasti terlambat mengikuti upacara bendera pagi ini," padahal alarm sudah ku stel jauh-jauh hari. Aku menyetel  alarm tiga kali setiap pagi, alarm pertama kusesuaikan dengan suara azan subuh, alarm kedua jam 06.30, dan alarm ketiga tepat jam 07.Wib. 

"Aku terlambat... Aku terlambat." Gelisahku dalam hati.

Aku pun langsung meranjak cepat -- cepat ke kamar mandi, serta mengguyurkan tubuhku dengan air yang terasa dingin sekali menusuk relung-relung tulangku. Sambil membersihkan tubuhku, dalam hati aku bergumam; "hukuman apa yang akan kuterima hari ini karena keterlambatanku, apalagi hari senin adalah hari yang super ketat pengawasannya dan  guru yang bertugas piket pun hari ini terhitung galaknya luar biasa sampai-sampai diberi gelar Pak Polisi oleh kawan-kawanku. Walaupun sikap beliau selama ini denganku adem, tidak segalak seperti kepada teman-temanku yang 'nakalnya minta ampun', tapi yang pastinya aku deg-degkan sekali. Toh, hari ini hari pertama aku terlambat pergi sekolah."

Dek cut . . . Dek cut . . . Dek cut... Suara Bundaku dari luar membangunkan lamunanku.

Oh ya, Aku lupa. Perkenalkan namaku Muhammad, tapi dalam keluarga oleh orang tua dan kakak-kakakku, aku biasanya disapa dengan sebutan 'Dek Cut'. Sedangkan oleh adikku, aku dipanggil dengan sebutan 'Bang Cut'.

" Cepat... Cepat. Jam sudah menunjukkan pukul 07.10 Wib." Lanjut Bundaku mengingatkanku.

" Iya, bunda." Sahutku sambil bergegas mengambil handuk yang sudah dari tadi 'menanti' kehadiranku.

Aku cepat-cepat  berkemas dan membereskan semua keperluan untuk di bawa ke sekolah. Dan setelah semua selesai, jam sudah menunjukkan pukul 07.20 Wib. Aku menghampiri meja makan, dan mengambil segelas air putih dan  meminumnya, seperti biasanya sebelum berangkat aku selalu minum segelas air putih dan sangat malas makan nasi walaupun telah dinasehati berkali-kali oleh orang tuaku tentang pentingnya makan di pagi hari.

Aku minta izin pamit kesekolah kepada kedua orang tuaku sambil bersalaman dan mencium tangan mereka sebagai bentuk keta'ziman anak kepada kedua orang tua.

"Ayah.. Bunda.. Saya berangkat dulu ya!" Ucapku

"Iya, hati-hati dijalan." Jawab kedua orang tuaku secara serentak.

***

Aku tiba di depan sekolah dan melihat penggerek bendera baru saja meninggalkan tiang bendera menuju pos mereka kembali, pertanda bendera baru saja usai dikibarkan. Sesampai di pintu masuk, Aku disambut oleh ibu Nurhayatun dan Pak Radhi yang bertugas piket pada hari itu.

"Sekarang sudah jam 07.45 Wib. Kamu terlambat 15 menit!"

Suara pak Radhi yang lantang, sambil menunjukkan jam bermerek  Seiko yang ada ditangannya , membuatku menundukkan kepala, merasa bersalah dan menyesal.

 "Iya, pak. Saya terlambat." Sahutku singkat.

Kemudian Aku digiring Pak Radhi ke barisan orang-orang yang bermasalah, disana sudah menunggu beberapa kawan kelasku yang sudah menjadi langganan hukuman dari Pak Radhi, dan mereka menyambutku dengan tertawa kecil sambil berucap:

  "Kita sudah bertambah kawan baru" Ucap satu orang dari mereka dengan muka meledek.

 

  Aku hanya bisa tersenyum jengkel sambil terbesit dalam hatiku;

   "hmm...Untuk hari ini aku menjadi kawan kalian, tetapi aku tidak akan mengikuti jejak-jejak kalian."

       "Seluruhnya! Untuk amanat, istirahat ditempaaaaaat, Graaaaaak!" Tiba-tiba suara yang nyaring yang berasal dari pemimpin upacara membuat aku tersentak dan terbangun dari lamunanku, nasehat dari pembina upacara segera dimulai. Aku dan kawan-kawan pun langsung merapikan barisan dan bersiap-siap mendengarkan amanat upacara yang disampaikan oleh Pak Duden, Pembina upacara pada hari ini.

            " Jadilah manusia yang bermanfaat untuk yang lain." Ujar Pak Duden.

            " Ingat! Jadilah siswa- siswi yang bisa membanggakan kedua orang tua kalian, guru-guru kalian, dan membawa nama harum sekolah hingga mendunia. Raihlah cita-cita kalian setinggi pohon kelapa." Sambung Pak Duden dengan nada serius, dan disambut tawa oleh semua yang hadir diupacara tersebut, tak terkecuali kepala Sekolah.

 Aku tidak menyia-nyiakan nasehat-nasehat guru, baik yang disampaikan disaat upacara, acara-acara tertentu, ataupun nasehat yang disampaikan di dalam kelas disaat proses belajar mengajar, dan aku pun selalu mendengarnya dengan khusyuk sambil menyimpan dalam memori kepalaku, yang seperti lazimnya setiap pulang sekolah aku selalu menumpahkan nasehat-nasehat guru dalam sebuah buku kecil yang semuanya berisi kumpulan nasehat-nasehat guruku , buku itu tersimpan rapi didalam lemari kamar tidurku, dan lebih kurang 2 halaman lagi akan menjadi sebuah buku kecil dan suatu saat nanti akan kujadikan sebuah buku Best Seller.

***

(Bersambung) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun