Abu Hanifah pun mengiyakan pertanyaan dari anak kecil tersebut. Gelar itu sebenarnya tidak disukainya, namun orang-orang memberikannya karena kelulusan ilmu yang dimiliki oleh Abu Hanifah.
Anak kecil tersebut melanjutkan pembicaraannya,Â
"Hati-hati dengan gelarmu, Jangan sampai gelar itu membuatmu tergelincir dalam neraka!"
Spontan, nasehat ini ternyata membuat Abu Hanifah menangis. Beliau begitu tergugah dengan nasehat yang begitu berharga ini meski disampaikan oleh anak kecil. Nasehat yang mengingatkan ia bahwa pujian manusia bisa saja menjadi musibah atau malapetaka tatkala membuat seseorang terbuai sehingga ia lupa kepada Allah.
Kisah di atas sejatinya menjadi renungan bagi kita untuk menerima nasehat yang baik dari siapa saja, tidak pandang bulu, apakah itu nasehat dari orang tua, guru, sahabat, kawan sejawat, atau anak kecil sekalipun. Jangan sampai karena kita sudah menjadi seorang guru, menjadi seorang pejabat, pengusaha dan lain sebagainya, kita tidak mau menerima saran atau nasehat dari orang lain, bahkan dari guru yang mengajari kita sekalipun. Mungkin karena guru kita memiliki kekurangan, kita enggan mendengarkan nasehatnya. Ketahuilah, gurumu bukan seorang malaikat. Di balik kelebihannya juga banyak kekurangan. Karena itu nasehat yang baik (positif) ambillah ilmunya, dan hal yang tidak baik atau syubhat ditinggalkan.
Dengan kisah Abu hanafiah,, kita pembaca sekalian juga dapat mengambil pelajaran. Gelar yang diberikan kepada kita, jangan sampai membuat kita sombong, angkuh, sehingga kita tergelincir kepada hal-hal yang tidak diinginkan yang menyeret kita kelak kepada penyesalan. Ingat, Penyesalan selalu datang terlambat.Â
 #Akhii/Zubaili
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H