Sekitar tanggal 2 Januari 2009, saya dan keluarga kembali dari Tanah suci Israel melalui abu dhabi. Di perjalanan menuju abu dhabi, saya kebetulan duduk bersebelahan dengan seorang warga negara arab. Untuk mengusir kesepian, saya mencoba membuka pembicaraan dengan dengannya.
di awal pembicaraan, dia bertanya, " Dari mana asalnya ?"
Saya jawab " Indonesia "
dengan sedikit mencibir, " ow, so you work as a servant? i know much about your country.. like a slave country"
Seketika emosi yang ada di diri saya melonjak. Tapi tetap saya berusaha untuk menahannya.
Dan bertanya, " how big have you paid for them? " about $200 permonth.
Dan lgsng saya jawab " Disana, di negara kami, mereka dibayar $500 per month. They are doing some training in your country before working in our country."
so if they have paid like that.. did you know how much i get from my own company there?
Terdiam dia sejenak, dan berjanji menjaga servant di rumahnya.
Maaf, ini sedikit memancing perang.. tetapi sedikit banyak menjadi opini publik yang menyengsarakan mereka.
Apakah mereka layak dihujat.. karena mereka "hanya" pembantu?
Apakah karena mereka bukan dosen, bukan orang terpelajar, lalu bukan juga ahli perminyakan, dan lain segainya.
Karena mereka bukan S1, SMA, atau SMP?
coba baca postingan prof ini di kompasiana
http://sosbud.kompasiana.com/2009/11/20/tarmini-tki-yang-menjadi-prt-di-malaysia/?ref=home
di bagian bawah, ada yang bertanya dengan nama firman, dan dibalas prof ( sorry saya ragukan keilmuannya ), dosen, pilot, dan lain2.
Apakah PRT lebih rendah dari dosen? PILOT ?
Lihat usaha mereka, hargailah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H