pengobatan alternatif yang saat ini masih digunakan sejak dulu oleh sebagian masyarakat, yakni kerokan.
      Masuk angin menjadi salah satu penyakit yang sering dikeluhkan masyarakat Indonesia. Tanpa memandang status sosial orang tersebut, penyakit ini dapat menyerang siapapun. Walaupun demikian, masuk angin banyak jenisnya, istilah ini dikenal orang awam apabila tubuh sedang tidak enak, diantaranya yaitu demam, mual, batuk, pilek, pusing dan gejala penyakit lainnya yang masih sejenis. Dalam istilah medis, masuk angin sebenarnya disebut flu. Gejala ini dapat muncul akibat dari menurunnya daya tahan tubuh seseorang, sehingga dengan kondisi tubuh yang demikian, tubuh rentan terjangkit virus ataupun bakteri. Pengobatannya pun sebenarnya sederhana, akan tetapi terdapat satu      Istilah kerokan bukan hanya ada di Indonesia, sebenarnya terdapat juga pengobatan yang hampir sama di Cina, mereka menyebutnya gua sha. Konsep dari pengobatan ini, termasuk kedalam akupuntur, dimana menggosokkan permukaan kulit dengan benda atau alat yang bertekstur sehingga menciptakan suatu gesekan yang dapat membantu aliran darah dalam tubuh menjadi lancar dengan merangsang peredaran darah.
      Membahas kerokan, menciptakan perdebatan tentang efektifitas pengobatan ini, tentu saja terdapat berbagai argumen pro maupun kontra dengan membandingkannya dengan pengobatan modern. Kerokan dinilai tidak efektif bagi sebagian orang, karena tidak ada dasar ilmu medis yang pasti. Meskipun begitu, kerokan seakan telah menjadi tradisi turun temurun bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mereka beranggapan bahwa kerokan dapat meringankan bahkan menyembuhkan segala penyakit ringan yang diderita. Dari banyaknya pendapat yang beredar di kalangan masyarakat, kerokan memiliki beberapa fakta yang jarang diketahui masyarakat umum, diantaranya sebagai berikut :
1. Kerokan merupakan praktik rumus fisika Albert Einstein
      Rumus persamaan yang digunakan yaitu , membahas tentang kesetaraan energi dan massa, dimana hubungannya dengan kerokan sangatlah erat. Dalam rumus tersebut dikatakan bahwa apabila terjadi pergesekan antara dua benda, akan menimbulkan suatu energi. Konsepnya sama dengan kerokan, saat benda tumpul digesekkan ke kulit, maka akan menimbulkan energi yang menyebabkan badan menjadi lebih hangat
2. Jika kulit semakin merah, maka semakin tinggi tingkat penyakitnya
      Anggapan ini sering sekali diungkapkan oleh masyarakat, semakin merah maka semakin manjur metode pengobatan ini. Namun, faktanya warna merah pada kulit tidak dapat dijadikan sebagai acuan efektifitas kerokan. Hal tersebut diakibatkan karena gesekan tadi, yang berakibat pada pembuluh darah menjadi terbuka bahkan pecah. Energi pada saat menggesek benda tumpul bisa menyebabkan semakin pekat warna merah pada kulit.
3. Â Lebih efektif di bagian punggung
      Umumnya kerokan sering dilakukan di sekitar punggung, bukan tanpa alasan, sebab punggung menjadi tempat pembuluh darah terpanjang sekaligus terdapat sistem saraf yang saling terhubung ke seluruh tubuh. Dengan begitu peredaran darah menjadi lancar dan itulah sebabnya kerokan diterapkan di bagian punggung.
4. Terpicunya hormon endorfin keluar dari tubuh
      Fungsi hormon endorfin bagi tubuh adalah dapat memberikan efek nyaman, bersemangat, menjadi lebih tenang dan meredakan rasa sakit. Fakta ini telah diuji dengan dilakukannya penelitian oleh para ahli, sehingga dapat dijadikan alasan dari manjurnya kerokan. Efek yang ditimbulkan hormon ini mirip dengan morfin, namun hormon ini alami diproduksi oleh tubuh manusia, bukan seperti morfin yang dibuat oleh tangan manusia. Lebih baik memicu endorfin dengan kerokan daripada mengonsumsi morfin yang dapat memberikan dampak negatif bagi tubuh.
5. Memberikan efek psikoterapis
      Dengan kerokan, orang tersebut dapat menjadi ketagihan atau kecanduan, inilah yang disebut efek psikoterapis. Hal tersebutlah yang dapat menjadi mengapa saat masuk angin kurang wajib rasanya jika hanya minum obat saja, tetapi juga harus kerokan agar semakin lengkap pengobatan dari penyakitnya.
      Itu tadi beberapa fakta dari kerokan yang mungkin belum kalian ketahui, jadi mending kerokan apa berobat ke dokter? Semuanya balik lagi tergantung kepada diri pembaca masing-masing. Meskipun pada dasarnya tidak ada dasar ilmiah yang menguatkan tentang metode pengobatan ini, namun kerokan diyakini berkaitan dengan efek relaksasi yang menenangkan.
      Pada akhirnya, kerokan tetap menjadi bagian dari pengobatan tradisional masyarakat Indonesia yang masih digunakan seiring dengan perkembangan pengobatan modern. Namun kerokan tidak bisa mengganti pengobatan modern yang lebih canggih, lakukan kerokan hanya saat tidak enak badan atau sedang menderita penyakit yang tidak terlalu serius, jika gejala yang ditimbulkan penyakit sudah mengkhawatirkan, sebaiknya segeralah periksa ke dokter untuk mendapatkan perawatan medis. Bagaimanapun kerokan menjadi bagian tradisi masyarakat Indonesia yang tidak lekang oleh waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H