Pagi hari, saya tidak begitu menanti-nantikan apa yang saya lihat saat itu. Saya terkejut saat melihatnya selepas sholat subuh. Tepat di depan jendela kamar saya, saya melihat matahari terbit dengan sangat jelas. Tanpa awan, tanpa kabut. Dan yang saya lakukan saat itu hanya berbaring di ranjang. Berbeda sekali dengan usaha saya untuk melihat matahari terbit di Bromo sehari sebelumnya. Pernuh perjuangan dan tetap tidak berhasil mengambil foto yang layak.
Selepas sarapan, kami berjalan-jalan ke arah taman bermain di mana terdapat kolam buatan dan water boom. Tapi jangan harap water boom-nya berukuran besar dan terhubung dengan kolam renang. Kolamnya berukuran kecil. Saya tidak mau repot-repot mencobanya. Satu-satunya yang saya nikmati saat itu adalah sepeda air. Saya mengendarainya mengelilingi kolam buatan. Setelah puas bermain kami mampir ke Kafe Tenda untuk menikmati minuman dingin.
Meski hanya satu jam, kami senang karena bisa bernyanyi bersama-sama. Pukul 11.00 kami bersiap-siap untuk pulang. Saat itu saya merasa puas dengan perjalanan kami di BJBR. Sebelum pulang, kami menyempatkan untuk berfoto di ikon BJBR yang tersohor. Sekali lagi matahari bersinar terik sehingga kami melakukan sesi foto dengan sangat cepat. Nggak tahan banget sama panasnyaaaa... ampun deh.
Sempat tersebar rumor bahwa resort ini angker (teman saya yang memulainya, dia mengaku melihat sesuatu). Namun usut punya usut, yang teman saya lihat adalah anak dari teman saya yang lainnya. Itu berarti tidak ada bukti bahwa resort ini angker. Memang di malam hari suasana sangat sunyi sekali. Tapi tidak ada perasaan aneh sama sekali. Justru saya menganggap kesunyian itu yang membuat tempat ini sangat pas untuk beristirahat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H