Nah kan, ternyata dari sisi psikologis maupun lingkungan seseorang dapat mempengaruhi perilaku flexing dimedsos. Sehingga mari  kita lihat dampak dari tindakan flexing tersebut.
*Â Sulit menjalin pertemanan
  Menurut laman Insider, Kamis (2/3/2023), mereka yang suka flexing akan lebih sulit untuk menjalin pertemanan. Temuan ini dipublikasikan dalam Social Psychological and Personality Science.
Menurut Garcia, simbol status yang berhubungan dengan hak istimewa dapat menjadi boomerang saat mencoba mencari teman baru, dalam ilmu psikolog hal tersebut disebut efek perbedaan pespektif terhadap perbandingan sosial.
* Â Kesehatan mental jadi terganggu
  Semakin seseorang terjebak didalam pola konsumerisme, semakin buruk kesehatan mentalnya yang berakibat kepada aktivitas sosial mereka seperti kurang berempati, kurang proposial, menjadi pribadi yang selalu kompetitif, tidak mendukung kelestarian lingkungan jikalau lingkungan tersebut menghasilkan banyak sumber daya alam, dan mendukung kegiatan yang berbahaya dan diskriminatif asalkan menguntungkan bagi para pelaku tersebut.
* Memaksakan Keadaan
  Mereka yang terbiasa flexing, biasanya akan mencoba flexing meskipun tidak memungkinkan. Hal ini karena mereka terbiasa tampil dengan barang-barang mewah, yang menyebabkan mereka ingin terus-menerus menunjukkan kehadiran mereka.
Kesimpulan
     Sebagai manusia yang haus akan materi dan haus akan validasi sebaiknya hal tersebut dikendalikan agar tidak menimbulkan gaya hidup yang konsumtif. Apalagi diera serba internet sekarang ini memang seharusnya memanfaatkan medsos dengan baik, bukan sebagai ajang pamer sana sini dengan tujuan validasi dari orang lain. Sehingga ajang pamer tersebut menyebabkan adanya rasa kurang puas atau keinginan yang tidak ada ujungnya sebagai bentuk dari lingkaran pola konsumtif dengan bumbu gaya hidup flexing sana sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H