Hasto mengklaim apa yang dilakukan Risma merupakan cara membangun harapan bahwa wong cilik dan rakyat Marhaen tidak akan lagi merasa tertinggalkan karena hadirnya pemimpin yang menyatu dengan rakyat. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Syafira Anastasia dan Zofrano Ibrahimsyah Magribi Sultani (2018) tentang Marhaenisme Soekarno sebagai Modal Sosial Perjuangan Politik Nasionalisme Kelas di Indonesia (1927-1999) bahwa selama Orde Baru, kuasa wong cilik untuk terlibat di dalam perekonomian mengalami marjinalisasi dari terdesaknya kekuatan kapitalisme global dan kerjasama feodalisme dan militeristik Orde Baru pimpinan Soeharto berlanjut hingga Orde Reformasi. Perjuangan mewujudkan wong cilik sebagai penggerak sektor roda perekonomian nasional masih terbelenggu oleh ketimpangan sosial antarkelas dan terpaku kepada ekonomi kapitalis global. Tak ayal, Indonesia tidak bisa lepas dari ketergantungan utang dari IMF (International Monetary Fund) dan organisasi internasional lainnya yang membebani anggaran negara dan produktivitas sektor-sektor negara. Tak mudah gerak bu Risma dan Kementerian Sosial Republik Indonesia mengembalikan cita-cita adiluhung Pasal 33 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia apalagi di tahun 2021, pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Memang soul bu Risma sebagai "komandannya emak-emak Indonesia" untuk melakukan gebrakan terutama masalah administrasi dan birokrasi yang njimet menyangkut kesejahteraan dan keadilan sosial tidak bisa lepas selama menjabat Walikota Surabaya (2010-2020).  Rencana Menteri Sosial Dr. Ir. Tri Rismaharini, M.T.  yang ingin memberi pelatihan kepada gelandangan atau tunawisma ternyata sudah pernah diterapkan di Jakarta Pusat oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat. Meski sudah mendapat pelatihan untuk berwirausaha, para gelandangan itu justru kembali menjadi pemulung.  Â
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat Ngapuli Perangin-Angin mengutarakan, beberapa tunawisma yang telah mendapat pelatihan justru kembali memulung: "Selama ini juga kami sudah melakukan itu, kami latih, ada yang balik lagi menjadi pemulung. Memang mentalitas mereka yang sulit untuk diubah". Ngapuli menyampaikan, tunawisma yang ketahuan memulung di Jakarta akan dibawa ke Panti Sosial Bina Karya (PSBK) Harapan Jaya, Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Para tunawisma ini akan diberi pelatihan dan pembinaan di sana dan dipantau. Dengan begitu, masyarakat rentan seperti tunawisma, pemulung, pengemis musiman, dan gelandangan dapat menikmati hasil pembangunan sosial yang dilakukan Kementerian Sosial Republik Indonesia di bawah komando bu Risma.
Yuk, kita pantau dan kawal bu Risma dan Kementerian Sosial Republik Indonesia dalam penyaluran bansos, pelatihan dan pembinaan masyarakat kelas bawah dan menengah, dan mewujudkan kesejahteraan dan keadilaan sosial sebagai pengembalian marwah Kementerian Sosial Republik Indonesia selaku pekerja sosial dan stakeholders kesejahteraan sosial dan keadilan sosial di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H