Mohon tunggu...
zoeraida novita
zoeraida novita Mohon Tunggu... Makeup Artist - belajar

seorang perempuan yang berusaha untuk menjadi berdayaguna minimal untuk dirinya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekelumit Kecil Cerita dan Mengenang Kembali Kehidupan Pondok Pesantren

3 November 2019   23:07 Diperbarui: 4 November 2019   05:56 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengawali bulan november yang juga memasuki bulan maulud dalam kalender islam ini saya ikut melakukan perjalanan ke kota kretek,Kudus.

Perjalanan yang di tempuh selama sekitar 4 jam dari kota Yogyakarta ,sungguh bukan suatu perjalanan yang membosankan.Melewati Solo kemudian masuk tol seputaran Colomadu arah Demak -Kudus.Lalu lintas sangat lancar,hanya Yogya -Solo saja yang tampak padat.

Tujuan daripada kami sekeluarga ke Kudus adalah dalam rangka sambangan.

Sambangan itu sebuah sebutan untuk mengunjungi santri yang mondok atau menuntut ilmu di pondok pesantren yang dilakukan sebulan sekali tiap malam Jum'at minggu pertama. 

Bulan ini insyaa allah menjadi bulan keberuntungan buat saya,dimana berkesempatan untuk ikut sambangan.

 Tempat pertama yang kita kunjungi adalah pondok tanfidz Yanbu'ul Qur'an di Krandon kota,Kudus.Sebuah sekolah agama dengan sistem boarding school untuk santri putra,dengan jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI),setingkat SD.

Jadi selepas asar sampai lah kami di tempat tujuan,ternyata si thole sudah senyum senyum nunggu di tempat parkiran seberang jalan sambil membawa gelas plastik berisi jus avocad,yang di belikan salah satu wali santri .Khas pemandangan seorang santri memakai sarung dan kopyah.

Saya,sebagai budhe yang jarang sekali bertemu kecuali hari Lebaran ,tentu menahan rasa kangen,sekuat tenaga airmata kerinduan itu saya tahan,setelah simboknya menyelesaikan beberapa administrasi serta si mbokde (seorang perempuan paruh baya yang sejak kecil mengasuhnya) mengisi loker si bocah dengan segala amunisi (makanan kecil &perlengkapan mandi).Segera kami beranjak menuju ke PTPA(Pondok Tempat Putri Anak Yanabii'ul  Qur'an di daerah Sambeng Karangmalang yang berjarak sekitar 3 km.

Dulu ketika adik perempuannya belum mondok,biasanya semua yang ikut sambangan wajib tidur di pondok.Bisa di bayangkan ketika harus berbagi tempat dengan orang dengan berbagai usia (perlu saya tegaskan di sini usia dari bayi bahkan manula) maupun dari berbagai daerah,sungguh pemandangan yang riuh rendah.Padahal biasanya walisantri di samping membawa serta keluarga inti juga membawa kakek nenek bahkan asisten rumah tangganya.

Namun kebijakan berbeda dari pihak pondok (satu manajemen),ketika santri yang dipondokkan adalah putra sekaligus putrinya,maka pihak walisantri boleh membawa serta putra putrinya tidur di luar komplek pondok (hotel atau homestay).

Dan suasana berbeda sungguh berbanding terbalik dengan ketika kami berjumpa dengan si anak wedhok ini.Begitu tiba di tempat kami disambut dengan isak tangisnya,usut punya usut ternyata si bocah sudah nunggu dari tadi.Dan memang si denok ini adalah santri yang masuk ajaran baru kemarin (kelas 1SD),jadi yaaa masih dalam penyesuaian dirilah,beda dengan si thole yang sudah 5 tahun (kelas 5 sd),si adik perempuan ini jelas beda dengan kakaknya.Dulu ketika awal si adik ini sangat siap dengan konsekuensi yang di tanggung dengan keputusan di pondokkan,bahkan dia mampu membesarkan hati teman temannya ketika menangis menahan rindu.Sebaliknya dengan si Mas yang di awal ketika di pondokkan,si Mas ini agak lebih reaksinya ketika sambangan.

Dan sama ketika di tempat si Mas nya,setelah urusan selesai ,kami segera beranjak menuju daerah Pejaten,dimana home stay yang di sewa berada.

Dari sore hingga esok pagi kegiatan di homestay selain menyimak si Mas dengan hafalannya,baca bacaan yang memang sengaja di bawa dari rumah,internetan juga tak ketinggalan menyisir rambut si Denok yang ada kutunya dengan serit.Heran juga ya...,hari gini kok masih ada kutunya.E tapi jangan salah di pondok pesantren itu sudah sangat lazim begitu,bahkan yang namanya gudig,sudah seperti trademark,seperti waktu dulu saya pernah mondok. O yaa pagi itu pun si Denok wajib menyetorkan hafalannya ke murobbinya.Jadilah orangtuanya mengantarnya kembali ke pondok dan menungguinya hingga selesai.

Dan seperti pepatah tak ada pesta yang tak usai,waktu yang bisa sangat menguras emosi pun tiba.Untuk si Mas ,dia tidak perlu lagi kata-kata yang membesarkan hatinya,secara sudah 5 tahun,sedang berbeda dengan si Denok,bahkan dari waktu di homestay pun kami harus selalu mencandai sekaligus membesarkan hatinya (walau sebenarnya kami pun perlu menguatkan tekad &mental  tersendiri melepas putra putri untuk belajar,dimana tidak setiap hari bisa ketemu,semata mata untuk bekal dunia akherat,mencetak generasi Islami yang benar benar dapat mencerminkan duta Islam yang sesungguhnya yang akhir akhir ini sepertinya terjadi penurunan).

Setelah selesai mengemasi barang ,dan menunaikan ibadah asar segeralah kami bergerak menuju ke Sambeng Karang Malang mengantar si Denok terlebih dahulu,Alhamdulillah perpisahan sementara ini tidak terlalu mengharu biru,di susul mengantarkan si Mas ke Krandon kota.Dan inilah salah satu bentuk jihad orangtua yang sesungguhnya.

PTPA Yanaabii'ul Qur'an &Yanbu'ul Qur'an 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun