Dan sama ketika di tempat si Mas nya,setelah urusan selesai ,kami segera beranjak menuju daerah Pejaten,dimana home stay yang di sewa berada.
Dari sore hingga esok pagi kegiatan di homestay selain menyimak si Mas dengan hafalannya,baca bacaan yang memang sengaja di bawa dari rumah,internetan juga tak ketinggalan menyisir rambut si Denok yang ada kutunya dengan serit.Heran juga ya...,hari gini kok masih ada kutunya.E tapi jangan salah di pondok pesantren itu sudah sangat lazim begitu,bahkan yang namanya gudig,sudah seperti trademark,seperti waktu dulu saya pernah mondok. O yaa pagi itu pun si Denok wajib menyetorkan hafalannya ke murobbinya.Jadilah orangtuanya mengantarnya kembali ke pondok dan menungguinya hingga selesai.
Dan seperti pepatah tak ada pesta yang tak usai,waktu yang bisa sangat menguras emosi pun tiba.Untuk si Mas ,dia tidak perlu lagi kata-kata yang membesarkan hatinya,secara sudah 5 tahun,sedang berbeda dengan si Denok,bahkan dari waktu di homestay pun kami harus selalu mencandai sekaligus membesarkan hatinya (walau sebenarnya kami pun perlu menguatkan tekad &mental  tersendiri melepas putra putri untuk belajar,dimana tidak setiap hari bisa ketemu,semata mata untuk bekal dunia akherat,mencetak generasi Islami yang benar benar dapat mencerminkan duta Islam yang sesungguhnya yang akhir akhir ini sepertinya terjadi penurunan).
Setelah selesai mengemasi barang ,dan menunaikan ibadah asar segeralah kami bergerak menuju ke Sambeng Karang Malang mengantar si Denok terlebih dahulu,Alhamdulillah perpisahan sementara ini tidak terlalu mengharu biru,di susul mengantarkan si Mas ke Krandon kota.Dan inilah salah satu bentuk jihad orangtua yang sesungguhnya.
PTPA Yanaabii'ul Qur'an &Yanbu'ul Qur'anÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H