Mengawali bulan november yang juga memasuki bulan maulud dalam kalender islam ini saya ikut melakukan perjalanan ke kota kretek,Kudus.
Perjalanan yang di tempuh selama sekitar 4 jam dari kota Yogyakarta ,sungguh bukan suatu perjalanan yang membosankan.Melewati Solo kemudian masuk tol seputaran Colomadu arah Demak -Kudus.Lalu lintas sangat lancar,hanya Yogya -Solo saja yang tampak padat.
Tujuan daripada kami sekeluarga ke Kudus adalah dalam rangka sambangan.
Sambangan itu sebuah sebutan untuk mengunjungi santri yang mondok atau menuntut ilmu di pondok pesantren yang dilakukan sebulan sekali tiap malam Jum'at minggu pertama.Â
Bulan ini insyaa allah menjadi bulan keberuntungan buat saya,dimana berkesempatan untuk ikut sambangan.
 Tempat pertama yang kita kunjungi adalah pondok tanfidz Yanbu'ul Qur'an di Krandon kota,Kudus.Sebuah sekolah agama dengan sistem boarding school untuk santri putra,dengan jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI),setingkat SD.
Jadi selepas asar sampai lah kami di tempat tujuan,ternyata si thole sudah senyum senyum nunggu di tempat parkiran seberang jalan sambil membawa gelas plastik berisi jus avocad,yang di belikan salah satu wali santri .Khas pemandangan seorang santri memakai sarung dan kopyah.
Saya,sebagai budhe yang jarang sekali bertemu kecuali hari Lebaran ,tentu menahan rasa kangen,sekuat tenaga airmata kerinduan itu saya tahan,setelah simboknya menyelesaikan beberapa administrasi serta si mbokde (seorang perempuan paruh baya yang sejak kecil mengasuhnya) mengisi loker si bocah dengan segala amunisi (makanan kecil &perlengkapan mandi).Segera kami beranjak menuju ke PTPA(Pondok Tempat Putri Anak Yanabii'ul  Qur'an di daerah Sambeng Karangmalang yang berjarak sekitar 3 km.
Dulu ketika adik perempuannya belum mondok,biasanya semua yang ikut sambangan wajib tidur di pondok.Bisa di bayangkan ketika harus berbagi tempat dengan orang dengan berbagai usia (perlu saya tegaskan di sini usia dari bayi bahkan manula) maupun dari berbagai daerah,sungguh pemandangan yang riuh rendah.Padahal biasanya walisantri di samping membawa serta keluarga inti juga membawa kakek nenek bahkan asisten rumah tangganya.
Namun kebijakan berbeda dari pihak pondok (satu manajemen),ketika santri yang dipondokkan adalah putra sekaligus putrinya,maka pihak walisantri boleh membawa serta putra putrinya tidur di luar komplek pondok (hotel atau homestay).
Dan suasana berbeda sungguh berbanding terbalik dengan ketika kami berjumpa dengan si anak wedhok ini.Begitu tiba di tempat kami disambut dengan isak tangisnya,usut punya usut ternyata si bocah sudah nunggu dari tadi.Dan memang si denok ini adalah santri yang masuk ajaran baru kemarin (kelas 1SD),jadi yaaa masih dalam penyesuaian dirilah,beda dengan si thole yang sudah 5 tahun (kelas 5 sd),si adik perempuan ini jelas beda dengan kakaknya.Dulu ketika awal si adik ini sangat siap dengan konsekuensi yang di tanggung dengan keputusan di pondokkan,bahkan dia mampu membesarkan hati teman temannya ketika menangis menahan rindu.Sebaliknya dengan si Mas yang di awal ketika di pondokkan,si Mas ini agak lebih reaksinya ketika sambangan.