Presiden Barack Obama, pernah menjadi korban kampanye hitam saat mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat periode pertama. Justru terbalik dengan kondisi di Indonesia, ia yang beragama Kristen diserang kampanye hitam. Ia dituding menganut agama Islam.
Itu tak lepas dari nama tengahnya Barack "Hussein" Obama. Namun isu ini tak mampu menumbangkan pada pilpres saat itu. Rakyatnya yang sudah teruji dan tak cepat percaya, dengan mudah isu itu terpatahkan.
Begitu juga di Indonesia, berbagai macam jenis kampanye berhamburan.
Mulai di media sosial, media cetak, hingga media abal-abal seperti Obor Rakyat. Lembaga penyiaran seperti televisi (Metro TV dan TV One) pun tak segan memihak. Metro cenderung ke Joko Widodo, sedangkan TV One condong ke Prabowo.
Persis ketika pilpres Amerika, televisi sekelas Bloomberg serta Channel Fox (kalau saya tidak salah). Sejumlah kalangan profesional juga kerap mengkritisi salah satu calon. Justru dengan begini kualitas capres lebih teruji dan mumpuni.
Lantas setelah semua proses demokrasi dilalui, siapapun yang terpilih tentunya harus dihargai. Siapapun yang terpilih adalah pilihan rakyat. Dialah calon presiden yang dipercayai rakyat secara umum.
Marilah setelah pilpres ini, segala pandangan yang berbeda, segala sikap yang berbeda, kita rajut menjadi satu, satu kesatuan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sekarang menjadi tak penting apakah anda pendukung capres ini dan itu. Kepentingan kita sekarang adalah membangun bangsa ini mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, negeri, hingga bangsa, selain daripada itu mari kita nolkan kembali.