Mohon tunggu...
zuhri muhammad
zuhri muhammad Mohon Tunggu... -

Hidup dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saatnya Perbedaan (Pilpres) Kita Nolkan…

20 Juli 2014   22:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:46 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PILPRES kali ini adalah pesta demokrasi bagi 250 juta rakyat Indonesia. Pilres bukan berbicara tentang siapa calon presiden. Tapi lebih dari itu, siapa yang patut memimpin negara kepulauan terbesar di dunia ini.

Tentulah untuk memimpin sebuah bangsa ini dibutuhkan pemimpin yang sudah benar-benar teruji. Teruji dari segi apapun. Tidak saja kemampuan memimpin, tapi juga rekam jejak, serta semua yang menyangkut latar belakang. Serta lolos dari seleksi "alam".

Tak bisa dielakkan, pribadi seorang pemimpin wajib bisa dibaca atau dipahami rakyatnya. Agar kelak komunikasi rakyat dengan pemimpin tak canggung.

Pilpres 9 Juli 2014 ini akan berhadapan anak bangsa, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Keduanya tentu saja memiliki latar belakang yang jauh berbeda dan patut diketahui. Bagaimana kita memilih kalau kita hanya tahu nama calon presiden, tapi tak tahu siapa dia. Naif sekali.

Pemilihan presiden ini jelas tidak sama dengan pemilihan wakil rakyat atau anggota dewan. Tidak pula memilih bupati, wali kota, atau gubernur. Seleksinya harus jauh lebih ketat. Tak sekadar setingkat provinsi, tapi ada penduduk di 33 provinsi yang akan ikut menyeleksi.

Pilpres kali ini sangat ketat. Tak seperti tahun lalu yang penuh puja puji. Di tengah perjalanan, kita mulai canggung, kesannya semakin lama presiden kita semakin asing bagi rakyatnya.

Kali ini, ada fenomena yang berbeda. Pilres yang sangat ketat. Ketatnya terlihat dari reaksi atau respon masyarakat yang sangat tinggi. Tidak saja memuji capres masing-masing, tapi juga mengkritik dengan berbagai cara. Mulai dari kampanye kreatif, negatif, hingga kampanye hitam.

Suara-suara itu muncul dari berbagai tempat. Dari dinding-dinding media sosial, media massa, serta berbagai elemen masyarakat. Mereka semua merasa terlibat.

Tidak saja masyarakat awam, namun kalangan profesional tak segan lagi melontarkan kritik tajam, kampanye negatif, pada kedua capres.

Melihat partisipasi rakyat yang begitu besar. Harusnya, semua kritik dan kampanye negatif bahkan kampanye hitam sekalipun, bisa menjadi sebuah pembelajaran di alam demokrasi ini. Kita hanya perlu berharap, dari proses itu, tidak ada darah yang menetes di Tanah Air ini.

Semua jenis kampanye memang tak bakal lepas dari sebuah pesta demokrasi seperti pemilihan capres ini. Amerika Serikat akrap sekali dengan jenis kampanye hitam.

Presiden Barack Obama, pernah menjadi korban kampanye hitam saat mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat periode pertama. Justru terbalik dengan kondisi di Indonesia, ia yang beragama Kristen diserang kampanye hitam. Ia dituding menganut agama Islam.

Itu tak lepas dari nama tengahnya Barack "Hussein" Obama. Namun isu ini tak mampu menumbangkan pada pilpres saat itu. Rakyatnya yang sudah teruji dan tak cepat percaya, dengan mudah isu itu terpatahkan.

Begitu juga di Indonesia, berbagai macam jenis kampanye berhamburan.

Mulai di media sosial, media cetak, hingga media abal-abal seperti Obor Rakyat. Lembaga penyiaran seperti televisi (Metro TV dan TV One) pun tak segan memihak. Metro cenderung ke Joko Widodo, sedangkan TV One condong ke Prabowo.

Persis ketika pilpres Amerika, televisi sekelas Bloomberg serta Channel Fox (kalau saya tidak salah). Sejumlah kalangan profesional juga kerap mengkritisi salah satu calon. Justru dengan begini kualitas capres lebih teruji dan mumpuni.

Lantas setelah semua proses demokrasi dilalui, siapapun yang terpilih tentunya harus dihargai. Siapapun yang terpilih adalah pilihan rakyat. Dialah calon presiden yang dipercayai rakyat secara umum.

Marilah setelah pilpres ini, segala pandangan yang berbeda, segala sikap yang berbeda, kita rajut menjadi satu, satu kesatuan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sekarang menjadi tak penting apakah anda pendukung capres ini dan itu. Kepentingan kita sekarang adalah membangun bangsa ini mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, negeri, hingga bangsa, selain daripada itu mari kita nolkan kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun