Mohon tunggu...
Zoel Z'anwar
Zoel Z'anwar Mohon Tunggu... profesional -

dulce et utile

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Messenger: Titik Kosong

3 Oktober 2015   05:38 Diperbarui: 6 Oktober 2015   07:08 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

No. 15. Zoel Z'anwar

 

Oktober yang basah tiba dengan seok yang sempurna. Hujan selalu membawa begitu banyak cerita. Dan kali ini indah. Ah, tidak. Sedikit indah, mungkin. Atau sebenarnya malah hanya agak indah. 

Sebelum keindahan itu hadir, jatuh seperti rintik hujan pada bumi yang haus, maka ia hanya pantas disebut agak indah. Tak apa, setidaknya ada sesuatu yang dirasakannya. Seperti tanah kering musim kemarau--setelah kegagalannya menjadi nyonya di belakang sebuah nama--dia kembali merasakan sesuatu yang 'agak indah'.  

Diandra sendiri tak pernah mengerti bagaimana dia bisa terseret kembali ke masa-masa remaja yang menggelikan seperti ini. Bukankah menghabiskan sepanjang malam dengan menatap layar 14 inch komputer jinjing, menarikan jari-jari di atas tuts-tuts keyboard sambil terbahak-bahak--sementara kau tak tahu apakah yang kau lakukan itu benar,--menggelikan? 

Hujan baru saja membasahi Oktober kembali saat jarinya menari lincah di atas tuts-tuts berhuruf itu.  

Sedang hujan di sini. Indah. Aku suka hujan

.…

Wah, jangan mencurinya dariku. Kau tau hujan adalah milikku. Jika bisa bicara, dia akan mengatakan bahwa akulah pencintanya yang sejati. Aku tak pernah melewatkannya.

Ha ha ha!

Aku benci ketika seseorang berusaha mencari-cari persamaan untuk memperpanjang percakapan, Red! Aku kira, aku sudah memberitahumu tentang itu

Dan aku membenci pembicaraan yang dibumbui dengan kebohongan, Pink! Bukankah sejak awal aku juga sudah memberitahumu?

Ya, ya, ya…

Kalau aku bilang aku mempercayaimu, itu artinya aku berbohong. Dan itu artinya …

Ha ha ha!

Aku malah akan takut untuk melanjutkan percakapan ini, Pink. Jangan percaya aku sebelum kita bertemu lagi dan kau mengenalku lebih jauh lebih baik. 

Kau ingin bertemu? Kau rasa sudah waktunya?

Tentu saja. Setelah beberapa minggu, aku kira kita layak dipertemukan, bukan? Oh, itu juga kalau kau mau, Pink! Apa kau merasa belum waktunya?

Oh, bukan… bukan …

Tapi kenapa sekarang? 

Kenapa? 

Ha ha ha! 

Maaf, pertanyaanmu kedengarannya menjadi lucu 

jika mengingat umur dan alasan kenapa kita terlibat dalam percakapan ini. 

Sudah lima minggu sejak percakapan pertama kita

Dan kita menemukan begitu banyak kecocokan bukan?

Aku rasa itulah kenapa kita harus bertemu. 

Apa kau yakin, Red? 

Tak pernah seyakin ini, Pink! 

Kau mau mengulanginya sekali lagi?

Oh, maksudku, percakapan ini.

Tentang hal-hal yang membuat percakapan ini bisa berumur panjang seperti ini.

… 

Ha ha ha! 

Bukankah mengulangi yang terlewatkan memang tujuan semua percakapan ini. 

Maaf. 

Kau ingin mengulanginya lagi?

...

Ya, bila kau tak keberatan.

...

Tidak. Tidak. Dengan senang hati. 

Tapi ... 

...

Jangan takut, Red. 

Tidurmu tak kan terlambat.

Singkat saja.

Aku hanya ingin mengukur chemistry. 

Ha ha ha 

Apa menurutmu aku gila? 

...

Seandainya iya, maka aku lebih gila karena menikmati kegilaan ini. Apa kita gila? 

... 

Ha ha ha

...

Baiklah, nona. 

Dari mana aku harus memulai? 

Ehmm…

...

Seperti dulu.

...

Ah, ya. Seperti dulu.

Hi, aku seorang laki-laki.

Satu di antara sekian milyar di bumi.

Mencari satu ...

..

Ha ha!

Singkat saja.  

Aku perempuan.

Oh, baiklah. 

Pengacara.

Akuntan.

Lajang, 33 tahun

Jelang 30

Lajang

Tunggu! 

Apa kau yakin mau mengulang-ulang semuanya lagi sedetail ini?

Aku senang, Red!

...

Ha ha ha 

Dan aku senang bila bisa menyenangkanmu, nona! 

Gombal! 

Kau selalu begitu. 

Ha ha ha

Dan kau selalu suka, bukan? 

Diamlah dan lanjutkan saja, Red… 

Lebih cepat. 

Wicaksono 

Kode panggil “Red”

Diandra

Pink!

Apa lagi? 

Patah hati? 

Ya. 

Oh, tidak untuk patah hati.

Kopi? 

Ya, kopi! 

Hitam pekat dengan sedikit gula, bukan?

...

Ya, terbaik!

Giliranmu, Pink

Ya, giliranku. 

Ha ha ha

Maaf. 

… 

Menulis puisi

Juga melukis

Jazz

Tony Bennet? 

Juga Frank Sinatra

Laut? 

Aku cinta pantai.

Juga gunung. 

Ya! 

Sungai dan hutan.

Pasti!

Hhmmm…

Ibu

Ya, ibu. 

Surga! 

Keluarga? 

Yang terutama! 

Rumah?

Istana terindah!

Apa kau akan betah di rumah? 

Menjadi ibu keluarga?

Membesarkan anak-anak? 

Mungkin. 

Itu pekerjaan yang hebat. 

Ya, terhebat! 

Aroma kopi pagi.

Cerita melepas pergi dan menyambut pulang di beranda.

...

Pink? 

Ya, aku sedang membayangkannya.

Teruskan, Red. 

Bawa aku ke sana.

...

Tiga anak?

...

Ha ha ha

Ya, tiga. Persis!

Satu jagoan diapit dua puteri cantik.

...  

Apa lagi? 

Hhmm... 

... 

Puisi di bawah bantal. 

... 

Ya, ya.. puisi di bawah bantal. 

Awal hari yang sempurna. 

Kau suka puisi di bawah bantal Pink.

...

Dan kau suka menyelipkan selembar puisi di bawah bantal.

 ...

Ha ha ha

Untuk orang yang kucinta, tentu saja.

Ah, ya, cinta.

Bagaimana dengan cinta? 

...

Pink?

Kau masih belum ingin membahasnya? 

Kita bisa bicarakan hal lain.

...

Apa menurutmu cinta indah, Red? 

Kau tau, terkadang aku mual mengingat bagaimana mudahnya dia berubah menjadi luka. 

...

Pink, kau tidak sedang memikirkan hal lain, bukan? 

Apa yang kau pikirkan?

...

Jawab aku, Red. 

Apakah dia indah? 

Seperti hujan? 

...

Ya. Begitu indah, Pink. 

Seperti hujan. 

Ya. Seperti hujan. 

... 

Tapi hujan terkadang begitu sepi kan, Red.

Apa kau merasakannya kadang-kadang?

... 

Ya.

Apa kau merasakannya?

...

Seringkali, Red. Seringkali!

Aku sedang merasakannya sekarang. 

...

Maafkan aku, Pink.

...

Kau membuatku merasakannya, Red. 

...

Pink, bukankah kita sudah sepakat untuk meninggalkan semua yang terjadi dulu? Melupakannya?

...

Dulu aku tak pernah suka hujan, Red.

... 

Kita bisa memulai lagi dari titik kosong, Pink.

...

Setelah masa-masa itu, aku jatuh cinta pada hujan.

...

Kembalilah ke titik kosong itu, Pink.

...

Ah, maaf.

Ya, titik kosong.

....

Bisakah kau tak mengingatnya, Pink.

Aku mohon.

... 

Pink...

...

...

Dengan cara seperti ini? 

... 

Ya. Cara yang sama seperti dulu. 

...

Seperti dulu.

...

Cara yang membuat kita jatuh cinta, Pink.

Cara yang membuat kita berhasil menjalani yang pahit dengan tawa dan yang manis dengan doa.

...

Cara yang akan membawamu pergi lagi? 

Seperti dulu waktu kau membatalkan rencana pernikahan lalu pergi begitu saja? Lagi?

...

Aku mohon, Pink. 

Bisakah kita lupakan saja yang sudah lalu?

...

Kau meninggalkanku, Red.

Membatalkan....

...

Aku hanya menunda, Pink. Dan kau tau alasannya. 

Masa depan kita.

Jika itu kau, apa kau akan menolak beasiswa itu begitu saja sementara kau menghabiskan hidupmu mendoakannya?

...

Dua tahun...

Menjadi lima tahun. 

Menjadi lamaaaa sekali, Red. 

Apa kau mengerti?

...

Aku mendapat tawaran kerja, Pink. 

Berapa kali lagi harus kuulang mengatakannya?

... 

Tanpa perlu memberi kabar? 

Kau tau bagaimana aku melewatkan hari-hari setelah itu?

Kau tau rasanya tiba-tiba menjadi cukup gila untuk memandangi hujan, menikmati setiap tetesnya sementara dia melumatmu dari dalam dan meninggalkan lubang gelap yang sepi?

...

Bagaimana harus kukatakan lagi, Pink?

Aku menyesal. 

Aku sudah meminta maafmu dan kau memberikannya setelah sekian lama.

Bukankah itu alasan mengapa kita kembali ke titik kosong ini?

...

...

Pink? 

...

Aku mencintaimu, Pink. 

Kau tau itu.

...

Pink...

...

Aku jadi cinta hujan, Red.

...

Ayolah, Pink. 

Kita coba kembali. Kembali melalui titik kosong ini, Pink.

Mengulang semua dari awal.

... 

Maaf, memang tak seharusnya kita kembali lagi ke titik ini.

Atau mengawali lagi yang sudah pergi.

...

Ternyata aku salah, Red..

Titik ini tak sekosong dulu lagi.

...

Pink...

...

Aku bahkan tak tau, kenapa aku harus memanggilmu 'Red'.

...

Pink, dengarkan aku. Aku...

...

Titik ini tak akan pernah sama lagi, Wicak.

Berapa kali lagi pun kita mencoba.

...

...

Lupakan aku!

 

______________

Medan, ngebut 3 Oktober 2015

Ilustrasi di sini

 

Untuk melihat karya peserta lain, silahkan ke Fiksiana Community

Silahkan bergabung dengan facebook fiksiana community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun