Mohon tunggu...
Zulfikri Nurfadhilla
Zulfikri Nurfadhilla Mohon Tunggu... Politisi - Live, Work, Create

Defear no time, delays have dangerous ends - William Shakespeare

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Komunikasi, Harmonisasi, dan Narasi Demokrasi

26 November 2019   04:45 Diperbarui: 27 November 2019   04:40 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia hidup dalam kepekatan ruang sosial dan budaya. Hakekat langsung dari perkembangan dan pertumbuhan manusia ialah menjadi produk lingkungan yang senantiasa berinteraksi antar sesama.

Bahu membahu, gotong royong, serta menjunjung tinggi nilai kebersahajaaan dan kemaslahatan. Karenanya, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing menjadi sebuah spirit ajeg dalam norma dan etika sosial.

Sebagai modal fundamental, manusia sangat membutuhkan landasan dan asas yang kuat sebagai penunjang berkomunikasi di lingkungannya. Ialah disiplin keilmuan. Mengingat komunikasi juga merupakan hal terbesar yang dilakukan manusia dalam keseharian. Baik komunikasi dengan diri sendiri hingga komunikasi dengan orang lain. Baik secara langsung atau melalui media. 

Ilmu komunikasi merupakan salah satu disiplin ilmu yang eksis pada era ini. Bagaimana tidak, seiring perkembangan zaman, ilmu komunikasi menjadi alat pendorong perubahan, perbaikan pemahaman, dan perekat keretakan lingkungan.

Kesenjangan dan kerancuan hal dapat terbantu dengan satu disiplin ilmu ini. Kenyataan sosial yang ada pada dekade terakhir khususnya selalu dibumbui dengan masalah lalu lintas komunikasi yang kurang baik.

Perpecahan selalu diwarnai dengan spekulasi dan tendensi. Pun dengan segala problematika di negeri ini, sejak dulu hingga hari ini.

Prinsip-prinsip komunikasi yang efektif menjadi PR besar bagi bangsa ini. Konflik horizontal yang terjadi kebanyakan disebabkan dari komunikasi yang tidak efektif. Padahal seyogianya, penerapan ilmu komunikasi yang baik sejalan dengan kondusifitas realitas sosial.

Sebab, ketika kita mempelajari komunikasi sejatinya kita mencoba untuk meneliti lebih dalam mengenai sesuatu yang menjadi pondasi bagi semua hubungan antarmanusia serta perubahan sosial. 

Inti dari komunikasi adalah adanya kesamaan persepsi, namun hal ini seolah kerap dilupakan oleh semua dalam segala tindak tanduk sosial. Berbicara lantang, keras, dan tajam tanpa peduli substansi dan isi pesan itu tersampaikan atau tidak.

Sebagai komunikator, seakan masa bodoh dengan apa yang disampaikan. Tak peduli nantinya akan berujung multiinterpretasi atau multipersepsi.

Egosentris dari kepentingan selalu lebih didahulukan ketimbang kebermanfaatan suatu interaksi. Padahal jika semua benar-benar merefleksikan, komunikasi seharusnya menjadi tanpa batas, tanpa sekat, dan semua orang bisa terlibat di dalamnya. Adanya kehangatan antar sesama warga negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun