Paling tidak kita menghadirkan seruan untuk saudara setanah air kita, terlepas dari siapa mereka, asal mana, dan wujud fisiknya, untuk sama2 lebih bertabayyun, menelisik, dan mendalami segala fenomena bangsa ini. Karena yang terpenting menjadi bagian dari partisan politik adalah menjaga kewarasan.Â
Ketika kita tidak melahirkan tuhan baru di republik ini. Ketika kita tidak memahat berhala baru dalam bentuk simbolik jari. Ketika kita tidak membaiat nabi baru dari urutan nomor paslon. Revolusi komunikasi kian berkembang, dan rupanya teknologi menjadi puncak peradaban manusia.Â
Ketika segalanya dapat dilakukan dengan mudah, Menjadikan manusia dapat menghakimi sesuatupun dengan mudah. Kadang kita perlu melihat sejarah. Untuk bagaimana tragedi kolektif bangsa ini menjadi titik balik peradaban dalam menemukan jati diri yang sebenarnya.Â
Bangsa yang besar ini kadang terlihat kerdil ketika sesama saudara berselisih atas sebab tebang pilih. Konflik yang tak berkesudahan. Domino fitnah, dan kebencian yang diproduksi bersama. Patut kiranya sebagai generasi millenial, generasi yang hadir pada era kemajuan ini dapat direngkuh dengan modal penanaman nilai kemanusiaan yang baik.
 Karena kebijaksanaan atas karunia tuhan tak dapat tertandingi sekalipun dengan kecepatan artifisial intelegence. Negeri ini butuh para kaki pelanjut yang melahirkan peradaban baru. Peradaban yang semua orang merasa terangkul bukan malah terpukul. Peradaban yang semua khalayak dapat merasa dikuatkan bukan malah dijatuhkan.Â
Keberagaman adalah hakekat manusia. Mereka yang hari ini berbeda pandangan, pilihan, dan harapan adalah mereka yang sama menginginkan perubahan lebih baik bangsa ini. Namun hal yang lebih baik dalam pengejawantahan hal ini ialah ketika kita bisa saling bergandeng tangan, mendekap erat, menolong yang mesti ditolong, Membantu yang mesti dibantu.Â
Sebab persatuanlah yang pada dasarnya menyatukan segala hal. Bangsa ini merdeka pun karena kekuatan yang dibangun bersama. Menjadi manusia adalah proses untuk belajar menjadi manusia.Â
Bahkan bisa dibilang pemilu hanya sebagian kecil hajat dari esensi manusia. Serumit apapun problematika. Sesulit apapun pemecahannya. Setidaknya itu bisa terurai bila cara pandang kita tidak kusut oleh kedengkian. Puncak keilmuan adalah ketika segalanya mencapai pada pucuk kebijaksanaan. Mengkorelasikan antara akal sehat dan akal budi.Â
Pekerjaan bangsa ini masih banyak, semestinya kita bisa lebih banyak berbenah. Perbanyak proses lebih baik ketimbang perbanyak protes, perkaya wawasan lebih indah ketimbang perkaya permusuhan. Maka hadirkan nilai2 kebajikan dan keindahan antar sesama, hanya itu modal minim menjaga kewarasan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI