Halo para pembaca setia kompasiana! Pada artikel saya yang keempat ini saya akan membahas tentang "leukosit agranuler dan granuler, manakah yang dapat melakukan diapedesis?" Apa sih leukosit itu? Apa sih diapedesis itu? Nah mari kita cari tahu lebih lanjut.
Bagaimana sih cara tubuh kita melindungi kita dari bakteri bakteri yang ada? Tentu saja, tubuh kita mempunyai caranya sendiri untuk melindungi kita dari para bakteri. Yang paling berperan dalam melindungi tubuh kita adalah sel darah putih atau leukosit. Jadi, yang berperang dan melawan bakteri saat kamu terinfeksi bakteri itu leukosit loh!
 Seperti yang kita ketahui, leukosit adalah salah satu komponen pembentuk darah. Ciri ciri dari leukosit adalah memiliki inti namun tidak memiliki bentuk sel yang pasti atau tetap karena untuk memudahkan dirinya dalam memberantas bakteri. Jumlah leukosit pada tiap milimeter darah manusia sekitar 6000-8000 sel. Leukosit adalah agen yang berperan memerangi agen infeksi agar tubuh terlindungi dari benda asing, bakteri, dan virus selain itu juga berfungsi sebagai sistem imun tubuh, mengepung darah yang terkena infeksi, dan melindungi dari mikroorganisme penyebab penyakit yang dilakukan oleh sel granulosit dan monosit. Leukosit sendiri dibentuk di sumsum tulang, limpa, dan kelenjar getah bening. Masa waktu sel darah putih pun hanya 6 -8 hari.
Bentuk leukosit yang berubah ubah dan tidak tetap itu juga disebabkan oleh adanya sifat amoeboid, diapedesis, dan fagositosit.
Amoeboid : dapat bergerak bebas seperti amoeba.
Diapedesis : Karena dapat bergerak bebas, maka ia dapat menembus dinding pembuluh kapiler menuju ke jaringan.
Fagositosit : Dapat membunuh kuman penyakit dengan cara memakannya.
Lalu, apa itu leukosit granuler dan agranuler?
Berdasarkan ada atau tidaknya granuler di dalam sitoplasma, leukosit dibagi menjadi 2 :
a). Agranuler : leukosit yang tidak memiliki granuler pada sitoplasmanya. Agranuler pun terdapat dua jenis yaitu limfosit dan monosit. Limfosit adalah leukosit yang tidak dapat bergerak dan memiliki 1 inti sel. Limfosit beperan untuk membentuk antibodi (pertahanan). Sedangkan monosit adalah jenis sel yang dapat meninggalkan aliran darah untuk berubah menjadi berbagai jenis sel kekebalan yang disebut makrofag.
b). Granuler : leukosit yang memiliki granuler pada sitoplasmanya. Berdasarkan sifat granuler yang dimilikinya, dapat dibedakan menjadi 3 yaitu neutrofil, basofil, eosinofil.
Nah, mari cari tahu lebih lanjut tentang diapedesis!
Seperti yang sudah dibahas diatas, diapedesis adalah kemampuan sel darah putih untuk menembus atau keluar dari dinding pembuluh darah kapiler yang melewati celah antara dua endotel dengan pseudopodia untuk mencapai tempat kuman penyakit yang menyerang pertahanan tubuh dan langsung memfagosit / memakannya.
Namun, diapedesis tidak akan selalu aktif. Diapedesis sendiri hanya akan aktif apabila ada pemicunya. Pemicunya adalah ketika kita mempunyai luka terbuka akibat jatuh atau tergores sesuatu. Saat kita mempunyai luka terbuka, sel darah putih akan menembus dinding pembuluh kapiler dan dapat menuju ke daerah yang terluka dengan cepat. Apabila tidak ada diapedesis, maka leukosit akan menuju ke daerah yang terluka dengan lambat sehingga bagian luka akan mudah terinfeksi dengan mikroorganisme lain. Maka dari itu, fungsi leukosit adalah melindungi tubuh dari hal hal tersebut.
Apa sih tanda- tanda bahwa leukosit melindungi tubuh kita?
Contohnya saja apabila kita alergi terhadap suatu antigen, misal alergi susu sapi, maka kita akan merasa gatal-gatal atau demam atau merasakan bintik-bintik pada kulit kita. Itu adalah tanda-tanda bahwa leukosit sedang melindungi tubuh kita.
Benarkah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit juga berperan dalam proses diapedesis?
Pada saat kita terluka, leukosit akan mengirimkan sinyal kimia kepada neutrofil bahwa tubuh kita sedang membutuhkan perlindungan. Sehingga, neutrofil akan menembus dinding pembuluh darah agar bisa sampai ke jaringan yang rusak (diapedesis). Neutrofil yang "dipanggil" pertama karena merupakan sel dengan jumlah melimpah yaitu 60% di dalam leukosit, maka dari itu dapat dipakai terus menerus. Selain itu, neutrofil juga merupakan fagositosit yang kuat sehingga dapat menghentikan antigen yang mencoba untuk masuk. Selanjutnya, leukosit akan memanggil monosit apabila neutrofil kewalahan untuk menyerang bakteri tersebut. Monosit juga akan menembus dinding pembuluh darah agar sampai ke jaringan yang rusak (diapedesis).Â
Monosit adalah sel yang fagositositnya kuat maka ia bertugas untuk menyerang / memakan zat asing tersebut bersama neutrofil. Monosit yang telah berpindah menuju jaringan disebut makrofag. Perang antara neutrofil dan makrofag dengan bakteri menghasilkan sitokin yang menyebabkan demam. Seperti yang sudah penulis jelaskan di atas, bahwa demam adalah tanda bahwa leukosit sedang melindungi tubuh kita. Yang berperan selanjutnya adalah basofil. Basofil berfungsi untuk menghasilkan histamin. Fungsi histamin yaitu untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan untuk memperlebar pembuluh darah sehingga membuka jalan bagi sel -- sel darah putih lainnya untuk masuk. Selain histamin, basofil juga menghasilkan zat heparin yang berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah. Maka dari itu, selama masih ada luka, basofil akan terus menerus dikeluarkan supaya membuka jalan bagi basofil juga dapat berdiapedesis menuju ke jaringan yang rusak untuk memberikan histamin dan heparin.
 Jika basofil masih kalah dengan bakteri tersebut, maka mau tidak mau harus mengeluarkan pasukan yang dapat menghabisi bakteri tersebut yaitu limfosit. Limfosit dibagi menjadi 2 yaitu limfosit B dan T. Yang bertugas terlebih dahulu adalah limfosit T jenis memori. Limfosit T jenis memori ini dikeluarkan terlebih dahulu karena ia akan membiarkan tubuh kita merasakan sakit dan mengingat rasa sakit itu agar selanjutnya dapat mengenali antigen tersebut. Setelah itu, barulah limfosit B jenis antibodi keluar dan membuat pertahanan tubuh terhadap bakteri tersebut. Limfosit T (memori) dan B (antibodi) bekerja sama jika mendapati tubuh terkena bakteri patogen yang sama maka dapat mengatasinya dengan mudah karena sudah mengenalinya terlebih dahulu dan membuat pertahanannya. Apabila limfosit B (antibodi) tidak dapat menangani bakteri tersebut maka yang paling tangguh akan dikeluarkan yaitu limfosit T (natural killer)
Limfosit T (natural killer) adalah jenis sel yang menekan antigen dengan cara menonaktifkan sel sel yang terinfeksi. Namun, karena sel ini sangatlah kuat, maka ia menjadi "cadangan" saat yang lainnya sudah tidak dapat menangani bakteri pantogen, jadi tidak langsung digunakan pada saat pertama terkena infeksi karena efek yang ditimbulkan dari limfosit T (natural killer) sendiri berbahaya dan bisa saja sel sel tubuh kita yang berada di dekat limfosit T (natural killer) juga terkena dampaknya.
Selanjutnya, apabila bakteri pantogen sudah musnah, maka limfosit T (suppressor) yang akan bekerja untuk menetralkan limfosit T (natural killer). Apabila sel sel yang terinfeksi sudah hilang maka tidak ada yang perlu dinonaktifkan selnya oleh limfosit T (natural killer) maka tugas limfosit T ( suppressor) untuk menekan limfosit T (natural killer) dan menjaga / membatasi sistem imun supaya tidak lepas kendali. Jika tidak ada yang menekan limfosit T (natural killer) maka ia dapat lepas kendali dan malah menyerang tubuh kita sendiri.
Yang terakhir, eusinofil berperan sebagai pemakan bangkai, pembuangan racun, dan membersihkan antigen yang mati karena ia termasuk fagositosit lemah.
Tim manakah yang dapat berdiapedesis? Tim agranuler atau granuler?
Menurut pendapat saya yang telah saya uraikan diatas, tim agranuler maupun tim granuler, keduanya dapat berdiapedesis, yang pertama-tama saya akan menjelaskan mengapa saya menganggap tim granuler dapat berdiapedesis.
Pertama-tama sel leukosit granuler berdasarkan sifatnya terdapat 3 jenis yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Neutrofil dapat melakukan diapedesis seperti yang saya uraikan diatas karena adanya butiran gelatinase yang membantu neutrofil keluar dari aliran darah dan menembus melalui jaringan agar sampai ke area jaringan yang terinfeksi.
Kedua, sel leukosit granuler yaitu basofil. Basofil memiliki banyak granula pada sitoplasmanya. Sebagai sel yang cukup penting, yaitu menghasilkan histamin dan heparin ketika terjadi alergi. Maka dalam proses melindungi tubuh dari benda asing, basofil akan menembus pembuluh darah menuju ke tempat infeksi untuk memberikan histamin dan heparin tersebut. Maka dapat dipastikan, basofil mengalami diapedesis.
Ketiga, sel leukosit granuler yaitu eosinofil. Eosinofil merupakan fagosit yang lemah. Peran eosinofil ysitu detoksifikasi histamin yang berarti dapat mengurangi permeabilitas dinding endotelium. Ia juga berperan sebagai membunuh parasit dengan cara keluar bergerak ke daerah yang terdapat parasit tersebut untuk difagosit tapi, dengan adanya detoksifikasi histamin maka ia dapat membunuh parasit tersebut. Ia pun bergerak menembus pembuluh darah dan menuju ke tempat parasit tersebut. Ini membuktikan bahwa eosinofil dapat berdiapedesis.
Nah, sekarang saya akan menjelaskan kenapa sel leukosit agranuler dapat melakukan sifat diapedesis. Agranuler sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu limfosit dan monosit. Limfosit juga dibedakan menjadi 2 yaitu limfosit T dan limfosit B. Kemampuan diapedesis sangat berguna bagi limfosit khususnya limfosit T karena digunakan untuk masuk ke dalam timus agar dilakukan proses pematangan dan kemudian masuk ke dalam kelejar getah bening untuk aktivasi. Proses diapedesis dalam limfosit T terjadi dalam beberapa langkah yaitu :
- Rolling
Adanya kontak antara limfosit dan endotelium. Hal ini terjadi karena adanya reaksi antara selectin dan ligan yang terdapat pada limfosit dan endotelium. Kemokin pada sel endotelium pun dapat berinteraksi dengan reseptor kemokin pada permukaan limfosit.
- Signaling
Sesuai namanya, yaitu sinyal interaksi antara kemokin dan reseptor kemokinnya yang akan mengaktifkan molekul adhesi
- Adhesi
Terjadi pengikatan afinitas tinggi yang berinteraksi dengan molekul adhesi yang dapat mengakibatkan penghentian limfosit dan adhesi.
- Transmigrasi
Limfosit dapat memilih posisi yang sesuai untuk melintasi endotelium dengan dibantu oleh integrin. Proses ini terjadi melalui persimpangan antarsel endotelium yang berdekatan maupun yang tunggal.
Nah, uraian diatas adalah langkah terjadinya diapedesis pada limfosit T yang dihasilkan oleh organ limpa dan akan dimatangkan di organ timus. Agar dapat mencapai organ tersebut, limfosit T akan berdiapedesis menuju ke timus.
Selanjutnya adalah sel leukosit agranuler yaitu monosit. Monosit sendiri dapat dibedakan menjadi 4 yaitu berdasarkan arah perpindahannya, makrofag akan berpindah ke jaringan ikat, mikrogilia akan berpindah ke jaringan syaraf, dendritik akan berpindah ke jaringan kulit dan kuper akan berpindah ke hati.
Dengan dibedakannya tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa monosit dapat berdiapedesis karena untuk menuju tempat perpindahannya, diperlukan kemampuan diapedesis. Selain itu, monosit akan berkembang menjadi makrofag. Makrofag bersifat kuat seperti neutrofil. Jika leukositnya merupakan fagosit maka leukosit tersebut dapat dipastikan memiliki kemampuan diapedesis
Nah, sekian penjelasan saya mengapa saya memilih bahwa agranuler dan granuler sama sama bisa melakukan diapedesis. Terimakasih sudah membaca artikel ini dan mohon maaf apabila ada salah kata. Apabila mempunya kritik dan saran dapat diberikan di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H