Mohon tunggu...
Rick Matthew
Rick Matthew Mohon Tunggu... -

...............

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dua Belas Hutang Kamma Sang Buddha

9 Januari 2011   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:48 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

12. Dukkharacariya (penyiksaan diri sebelum menjadi Buddha) selama 6 tahun

Bodhisatta pernah terlahir sebagai seorang brahmana bernama Jotipala. Ia mengucapkan kata-kata hinaan terhadap Buddha Kassapa dengan berkata, “Bagaimana mungkin bahwa orang gundul ini telah mencapai Pencerahan Sempurna? Pencerahan Sempurna adalah hal yang sangat jarang terjadi.”

Kata-kata hinaan ini berakibat tertundanya Pencerahan Sempurna Bhagavà. Para Bodhisatta lainnya mencapai Pencerahan Sempurna hanya dalam hitungan hari atau bulan, Buddha Gotama harus melewati enam tahun penuh penderitaan dalam pencarian-Nya.

Yang bisa dipelajari dari 12 Hutang Karma Sang Buddha :

1. Buddha mengajarkan dan sudah menunjukkan untuk berani menghadapi semua akibat perbuatan yang pernah diperbuat sebelumnya. Mau menghindarpun tidak bisa, lebih baik menghadapi dengan berani.

2. Kamma pada saat tertentu bisa memanfaatkan kondisi yang ada untuk mematangkan buah kamma. Contohnya adalah permusuhan Buddha dan Devadatta. Walaupun demikian, Devadatta tidak melakukan pahala dengan memenuhi kamma yaitu melukai kaki Sang Buddha. Malah Devadatta masuk Neraka Avici karena perbuatannya ini.

3. Jika Sang Buddha "hanya" membayar 12 kamma terakhir-Nya, berapa banyak kamma kita yang masih harus dibayar ? Berhentilah menanam kamma buruk sesegera mungkin.

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun