Mohon tunggu...
Zainal Muttaqin
Zainal Muttaqin Mohon Tunggu... Lainnya - Pena adalah senjata

Anggota KPU Kabupaten Serang Periode 2018-2023

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pancasila 1 Juni 1945

2 Juni 2017   17:41 Diperbarui: 2 Juni 2017   17:45 1896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak yang berasumsi, bahwa Pancasila gagasan Ir. Soekarno bukanlah hasil autentik dari pemikirannya, banyak yang beranggapan bahwa Pancasila gagasan Bung Besar itu merupakan buah dari pemikiran Moh. Yamin, padahal Moh. Hatta saja mengakui keautentikan gagasan tersebut. Terbukti jika kita telusuri, keterkaitan dokumen mulai dari lahirnya pancasila sampai kepada jadinya konstitusi Negara, semua saling berpaut jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademis. Dalam desertasinya, Ahmad Basarah menyebutkan tidak ada yang menyebutkan secara ekspiisit bahwa gagasan terhadap Indonesia Merdeka disebut Pancasila, kecuali dalam pidato 1 Juni 1945.

Membaca Pancasila
Ir. Soekarno mengatakan Pancasila sebagai persatuan philosophise grondslag, yakni pandangan bersama bangsa Indonesia membangun falsafah kebangsaannya, bukan lah sekedar pandangan dari satu, dua, tiga golongan saja, namun dari semua golongan ada. Soekarno mengatakan Indonesia merdeka bukan lah untuk satu golongan, tapi satu untuk semua, dan semua untuk semua. Pancasila juga bukan untuk satu golongan saja, melainkan untuk semua, semua untuk semua. Bahkan lebih dari itu, Soekarno menganggap Pancasila merupakan Welthanchaung (pandangan yang ditawarkan untuk dunia).

Begitu dahsyatnya pada masa-masa manis Pancasila, ditawarkan dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), disampaikan dalam kongres Amerika, dan buah Pancasila dibaca oleh banyak pemimpin besar dunia. Tak dapat dinafikan, masa itu tenggelam oleh kekuatan Orde Baru, tatkala Ir. Soekarno terjungkal, dan Soeharto naik singgasana sebagai penggantinya. Di masa-masa awal pemerintahan Orde Baru, rezim mencoba untuk mengubur sejarah Ir. Soekarno dalam pita Politik Indonesia, dengan langkah-langkah pembentukan panitia lima yang brtugas menelusuri penggalian Pancasila, melarang seluruh karya Ir. Soekarno untuk terbit dan menganggap seluruh pengikut ajarannya sebagai kaum Marxis (dianggap juga sebagai orang-orang komunis oleh Rezim).

Yang menohok ialah panitia lima yang dibentuk Orde Baru beranggotakan Moch. Hatta, Ahmad Subardjo, Maramis dan Pronggodigdo justru menghasilkan suatu rumusan Pancasila yang mengritik Rezim Orde Baru atas kegagalan menjalankan pasal 33 UUD 1945, kemudian juga mengkritik kebijakan pembangunan Soeharto yang dalam penuturan Panitia Lima ini sangat mengandalkan teknokrat dan melupakan prinsip-prinsip koperasi. Yang paling nyata dalam dokumen panitia lima terkait penafsiran Pancasila ialah pada bagian penggalinya, dikatakan dalam dokumennya tidak pernah ada yang menggagas ide-ide pancasila sebelum Ir. Soekarno menyampaikannya di hadapan BPUPK tanggal 1 Juni 1945.

Di era Orde Baru juga dibuat semacam doktrinasi Pancasila setelah kerusuhan Malari tahun 1974, yang disebut Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (dikenal dengan P4) dan dilembagakan dalam BP7 (Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), kemudian langkah-langkah radikal lainnya, seperti pemberlakuan Azaz Tunggal yang menuai protes dari berbagai kalangan, terutama Mahasiswa. Kemudian Pancasila masuk kedalam kurikulum pendidikan untuk dipelajari setiap siswa. Maka lengkaplah permaksudan keingan Orde Baru dalam menafsirkan Pancasila menurut versi kekuasaan saat itu ketika dihapusnya hari lahir Pancasila (1 Juni) dengan hari kesaktian Pancasila (1 Oktober) atas saran Nugroho Notosusanto, dengan alasan konsepsi Pancasila bukan murni gagasan Ir. Soekarno, dan telah dikonsepsikan oleh beberapa pemikir seperti Moh. Yamin dan Soepomo. 

Namun sampai saat ini, tidak ada satupun dokumen yang mendukung bahwa gagasan Pancasila itu telah dimunculkan oleh Moh. Yamin dan Soepomo pada periodisasi masa dimana tokoh tersebut hidup dan menggagas pemikiran-pemikirannya. Artinya tidak terdapat koherensi antara kejadian lahirnya pancasila dengan kedua tokoh yang disebutkan. Bahkan dalam pidatonya, bung karno menegaskan dengan pertanyaan Tuan Yamin, ini (Pancasila) bukan kompromis, tetapi kita sama-sama mencari suatu hal yang bersama-sama kita setujui, apakah itu?... 

Apakah kita hendak mendirikan Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan?....
Apabila kita perhatikan secara betul lontaran pertanyaan yang diajukan oleh Ir. Soekarno kepada hadirin sidang BPUPK, maka secara jelas penggalian Pancasila tidak dilakukan oleh Moh. Yamin (dapat kita pahami dari diksi yang digunakan oleh Ir. Soekarno dalam membentuk pertanyaannya). Pancasila merupakan penggalian murni Ir. Soekarno, yang kemudian disempurnakan dalam sidang panitia sembilan tanggal 22 Juni 1945. 

Disinilah disebutkan Pancasila sebagai konsensus bersama, karena bukanlah buah pemikiran Ir. Soekarno belaka, namun gagasan yang mengedepankan keutuhan Bangsa bersama dua golongan besar yang ada.Memang berkembangnya masa ke masa, Pancasila sering dijadikan alat oleh kekuasaan. Pancasila ditafsirkan oleh keinginan penguasa, lebih parah lagi ialah ketika masuk era reformasi, ketika P4 dihapus dan BP7 dibubarkan, praktis tak ada lembaga yang menaungi ideologi negara. Bahkan secara serampangan, pendidikan pancasila dihapuskan dari kurikulum pendidikan karena dianggap doktrin Orde Baru. 

Padahal diluar konteks benci atau suka terhadap Rezim tersebut, satu hal yang perlu diakui adalah lembaga untuk merawat ideologi atau arah pandang bangsa seperti BP7 ialah sudah tepat, yang harus dirubah ialah konten doktrin ideologinya yang perlu dikembalikan kepada arah pandang penggagasnya, sehingga dapat bersifat tetap dan tidak ditafsirkan sesuai selera Rezim.

Pada sidang penganugerahan Doktor Honoris Causa Hukum Tata Negara untuk Ir. Soekarno dari Universitas Gajahmada (UGM), Prof. Drs. Notonegoro selaku Promotor mengemukakan: memahami Pancasila tidak dapat dengan melihat urutasn sila-silanya, tetapi jauh lebih dalam ialah bagaimana Pancasila itu digali menjadi Falsafah Bangsa. Untuk memahaminya, tidak akan didapatkan dari pemaknaan tunggal, artinya terdapat koherensi dari berbagai peristiwa yang saling berkaitan. 

Perlu juga kita ketahui Pancasila jelas-jelas memiliki keunggulan daripada manifesto komunis, yakni mengakui adanya ketuhanan. Pancasila jelas lebih mulia ketimbang leberalisme karena memiliki perikemanusiaan dan keadilan sosial, yang tak pernah ada dalam gagasan liberalisme. Pancasila lebih kuat ketimbang khilafiah versi ISIS saat ini karena memiliki Persatuan Indonesia yang tak pernah dimunculkan dalam gagasan khilafiah (yang diinginkan adalah pemerintahan tanpa negara).

Kalibata, 1 Juni 2017 Malam hari (23.30 WIB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun