Mohon tunggu...
Zein Muchamad Masykur
Zein Muchamad Masykur Mohon Tunggu... Dosen - UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

"Yang penting nulis, bukan nulis yang penting"

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Toxic Relationship: Ketika Cinta Lebih Pahit dari Empedu Kambing

23 Juli 2024   22:05 Diperbarui: 23 Juli 2024   22:09 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Antoni Shkraba: pexels.com 

Eh, tunggu dulu! Sebelum kamu lanjut baca, coba cek dulu. Apakah kamu sedang berada dalam hubungan yang membuatmu merasa seperti sedang berenang di kolam asam sulfat? Kalau iya, mungkin artikel ini bisa jadi obat (atau setidaknya plester) untuk luka hatimu. Yuk, kita bahas tentang toxic relationship, alias hubungan beracun yang bisa bikin hidup lebih dramatis dari sinetron Indonesia!

Apa Itu Toxic Relationship?

Bayangkan kamu sedang makan es krim. Tapi alih-alih rasa vanilla yang lembut, yang kamu rasakan malah rasa getir seperti kopi tanpa gula dicampur cabai rawit. Nah, itulah kira-kira gambaran toxic relationship. Secara definisi, toxic relationship adalah hubungan yang ditandai dengan perilaku yang merusak, tidak sehat, dan sering kali manipulatif.

Dr. Lillian Glass, seorang pakar komunikasi dan psikologi, dalam bukunya "Toxic People", mendefinisikan toxic relationship sebagai "hubungan apa pun yang tidak mendukung satu sama lain, di mana ada konflik dan satu pihak berusaha merendahkan yang lain, di mana ada persaingan, kurangnya kohesi, dan kurangnya relaksasi."

Tanda-tanda Hubungan Beracun: Lebih Banyak dari Jerawat di Wajah Remaja

Photo by Antoni Shkraba: pexels.com 
Photo by Antoni Shkraba: pexels.com 
1. Drama Queen/King Alert!
Kalau hubunganmu lebih dramatis dari FTV siang bolong, waspadalah! Hubungan yang sehat seharusnya memberi ketenangan, bukan malah bikin kamu merasa seperti sedang main roller coaster emosi setiap hari.

2. Komunikasi Satu Arah
Dalam hubungan toxic, komunikasi biasanya hanya berjalan satu arah. Salah satu pihak selalu merasa benar dan tidak mau mendengarkan. Seperti berbicara dengan tembok, tapi setidaknya tembok tidak membalas dengan kata-kata menyakitkan.

3. Manipulasi Level Dewa

Pasanganmu jago banget bikin kamu merasa bersalah? Atau selalu punya 1001 alasan untuk menyalahkanmu? Itu namanya manipulasi, Sob! Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships menunjukkan bahwa manipulasi emosional adalah salah satu ciri utama toxic relationship.

4. Respect? Apa Itu? Bisa Dimakan?
Dalam hubungan yang sehat, rasa hormat adalah hal yang mutlak. Tapi dalam toxic relationship, rasa hormat bisa jadi barang langka. Kalau pasanganmu sering meremehkan pendapatmu atau mempermalukanmu di depan umum, it's a big red flag, Bro!

5. Jealousy Overdose
Sedikit cemburu itu wajar. Tapi kalau pasanganmu cemburu sampai level stalker dan mengontrol setiap gerak-gerikmu, itu sudah masuk kategori toxic. Penelitian dari University of Georgia menemukan bahwa kecemburuan yang berlebihan dapat merusak hubungan dan menurunkan kepuasan dalam hubungan.

Mengapa Kita Terjebak dalam Hubungan Beracun?

1. Trauma Bonding
Istilah ini mungkin terdengar seperti judul film horor, tapi sebenarnya menjelaskan mengapa banyak orang sulit lepas dari hubungan toxic. Dr. Patrick Carnes, dalam bukunya "The Betrayal Bond", menjelaskan bahwa trauma bonding terjadi ketika seseorang membentuk ikatan emosional yang kuat dengan orang yang menyakiti mereka.

2. Low Self-Esteem
Harga diri yang rendah bisa membuat seseorang merasa tidak pantas mendapatkan yang lebih baik. Akibatnya? Mereka cenderung bertahan dalam hubungan yang tidak sehat. Penelitian dari University of Buffalo menemukan bahwa individu dengan self-esteem rendah lebih mungkin bertahan dalam hubungan yang tidak memuaskan.

3. Fear of Being Alone

Takut sendirian? Join the club! Banyak orang yang lebih memilih bertahan dalam hubungan toxic daripada menghadapi kesepian. Padahal, seperti kata pepatah, "lebih baik sendirian daripada salah gaul", eh maksudnya, salah pasangan.

4. Harapan akan Perubahan
"Dia pasti akan berubah." Kalimat ini mungkin adalah mantra favoritmu. Tapi ingat, mengharapkan seseorang berubah itu seperti menunggu durian jatuh dari pohon pisang. Bisa saja terjadi, tapi kemungkinannya sangat kecil.

Dampak Toxic Relationship: Lebih Parah dari Kena Prank April Mop

Photo by Antoni Shkraba: pexels.com
Photo by Antoni Shkraba: pexels.com
1. Kesehatan Mental Terganggu
Toxic relationship bisa berdampak serius pada kesehatan mental. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Women's Health menunjukkan bahwa wanita dalam hubungan yang tidak sehat memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi dan kecemasan.

2. Penurunan Kepercayaan Diri
Berada dalam hubungan toxic bisa mengikis kepercayaan dirimu perlahan-lahan. Seperti erosi, tapi yang terkikis bukan tanah, melainkan harga dirimu.

3. Isolasi Sosial
Toxic relationship sering kali membuat seseorang menjauh dari teman dan keluarga. Pasangan toxic biasanya suka mengontrol dan membatasi interaksi sosial pasangannya.

4. Stres Fisik
Jangan kaget kalau kamu sering sakit kepala atau gangguan pencernaan. Stres dari toxic relationship bisa berdampak pada kesehatan fisik. Penelitian dari Ohio State University menemukan bahwa konflik dalam hubungan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Bagaimana Cara Keluar dari Hubungan Beracun?

1. Kenali Red Flags
Belajarlah mengenali tanda-tanda toxic relationship. Semakin cepat kamu menyadarinya, semakin cepat kamu bisa mengambil tindakan.

2. Set Boundaries
Mulailah menetapkan batasan yang jelas. Katakan "tidak" pada perilaku yang tidak kamu sukai. Ingat, kamu bukan keset yang bisa diinjak-injak sesuka hati.

3. Seek Support
Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional. Kadang, kita perlu pandangan orang lain untuk melihat situasi dengan lebih jelas.

4. Love Yourself First
Cintai dirimu sendiri, Bro/Sis! Kalau kamu tidak menghargai dirimu sendiri, bagaimana orang lain bisa menghargaimu?

5. Know When to Walk Away
Kadang, pilihan terbaik adalah pergi. Memang tidak mudah, tapi ingat, kamu layak mendapatkan yang lebih baik.

6. Healing Time
Setelah keluar dari toxic relationship, beri waktu untuk dirimu sendiri. Healing itu proses, bukan microwave yang bisa instan.

Kesimpulan: Love Shouldn't Hurt

Gambar oleh Julie Rose Pixabay
Gambar oleh Julie Rose Pixabay
Cinta memang buta, tapi bukan berarti kita harus menutup mata terhadap red flags. Toxic relationship bisa sangat merusak, baik secara mental maupun fisik. Tapi ingat, selalu ada jalan keluar. Kamu layak mendapatkan cinta yang membuatmu tumbuh, bukan cinta yang membuatmu layu seperti tanaman kekurangan air.

Jadi, mulai sekarang, mari kita jadikan hubungan kita lebih sehat dari makanan organik dan lebih manis dari gula aren. Karena pada akhirnya, cinta yang sehat itu seperti es krim di hari panas: menyegarkan, membahagiakan, dan bikin ketagihan (dalam arti yang baik, tentunya).

Nah, bagaimana pengalamanmu dengan toxic relationship? Ada tips lain yang ingin dibagikan? Yuk, share di kolom komentar! (Tapi ingat ya, kolom komentar bukan tempat untuk curhat tentang mantan. Hehe.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun