Mohon tunggu...
Zein Muchamad Masykur
Zein Muchamad Masykur Mohon Tunggu... Dosen - UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

"Yang penting nulis, bukan nulis yang penting"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perfeksionis, Ketika "Good Enough" Tidak Pernah Cukup

22 Juli 2024   23:28 Diperbarui: 29 Juli 2024   21:53 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Pixabay: pexels.com 

7. Cari Bantuan Profesional: Jika perfeksionisme mulai mengganggu hidup Anda secara signifikan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau terapis.

Kesimpulan: Menemukan Keseimbangan antara Baik dan Sempurna

Photo by Pixabay: pexels.com 
Photo by Pixabay: pexels.com 
Jadi, apakah ini berarti kita harus berhenti berusaha melakukan yang terbaik? Tentu saja tidak! Yang penting adalah menemukan keseimbangan antara berusaha keras dan menerima ketidaksempurnaan.

Dr. Bren Brown, penulis dan peneliti, mengatakan, "Perfeksionisme bukanlah jalan menuju kesempurnaan, yang memang tidak ada. Perfeksionisme adalah kepercayaan bahwa jika kita hidup dengan sempurna, terlihat dan bertindak sempurna, kita bisa meminimalkan atau menghindari rasa sakit kritik, cemoohan, dan rasa malu."

Alih-alih mengejar kesempurnaan yang tidak mungkin, mungkin kita bisa mulai dengan menerima diri kita apa adanya - dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Karena pada akhirnya, yang membuat kita menarik dan unik adalah justru ketidaksempurnaan kita.

Jadi, lain kali ketika Anda merasa tidak cukup baik, ingatlah bahwa bahkan Leonardo da Vinci pernah bilang, "Art is never finished, only abandoned." Jika salah satu jenius terbesar dalam sejarah bisa menerima ketidaksempurnaan, mungkin kita juga bisa.

Dan hey, bukankah hidup ini terlalu pendek untuk selalu mencemaskan kesempurnaan? Mungkin sudah waktunya kita merayakan "good enough" dan mulai menikmati proses, alih-alih selalu fokus pada hasil akhir yang sempurna.

Akhir kata, ingatlah bahwa kita semua adalah work in progress. Tidak ada yang benar-benar sempurna, dan itu oke. Bahkan, mungkin justru itulah yang membuat hidup ini menarik. Jadi, mari kita berhenti mengejar bayangan kesempurnaan dan mulai merayakan kemajuan, sekecil apapun itu.

Karena pada akhirnya, hidup yang benar-benar baik adalah hidup yang dinikmati, bukan yang disempurnakan. Dan itu, teman-teman, adalah sesuatu yang worth celebrating - bahkan jika perayaannya tidak sempurna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun