Mohon tunggu...
Zein Muchamad Masykur
Zein Muchamad Masykur Mohon Tunggu... Dosen - UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

"Yang penting nulis, bukan nulis yang penting"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perfeksionis, Ketika "Good Enough" Tidak Pernah Cukup

22 Juli 2024   23:28 Diperbarui: 29 Juli 2024   21:53 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asal-usul Perfeksionisme

Perfeksionisme bukanlah hal baru. Bahkan Aristoteles pernah berkata, "Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Kesempurnaan, kalau begitu, bukanlah tindakan, melainkan kebiasaan." (Meskipun dia mungkin tidak membayangkan kita akan stress karena Instagram feed yang tidak aesthetic.)

Namun, penelitian menunjukkan bahwa perfeksionisme semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Studi oleh Curran dan Hill menemukan bahwa tingkat perfeksionisme di kalangan mahasiswa meningkat sebesar 33% antara tahun 1989 dan 2016.

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan ini termasuk:

- Tekanan sosial dan akademis yang semakin tinggi
- Media sosial yang mendorong perbandingan sosial
- Budaya kerja yang menghargai produktivitas di atas segalanya
- Pola asuh yang terlalu protektif atau terlalu menuntut

Bagaimana Mengatasi Perfeksionisme?

Photo by Ann H: pexels.com
Photo by Ann H: pexels.com
 
1. Kenali Pikiran Perfeksionis: Sadari ketika Anda mulai berpikir dalam pola "harus sempurna".

2. Tetapkan Standar Realistis: Ingat, tidak ada yang benar-benar sempurna. Tetapkan tujuan yang menantang tapi bisa dicapai.

3. Praktikkan Self-Compassion: Perlakukan diri Anda dengan kebaikan, seperti Anda akan memperlakukan teman baik.

4. Fokus pada Proses, Bukan Hasil: Nikmati perjalanan, bukan hanya tujuan akhir.

5. Belajar dari Kesalahan: Lihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai kegagalan.

6. Terapkan "Good Enough": Kadang, sesuatu yang cukup baik memang sudah cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun