Dari cara berkampanye seperti itu, publik harusnya bisa menilai mana yang lebih baik. Akan memilih calon pemimpin yang suka marah-marah dan menebar ketakutan, atau memilih presiden yang mengajak bergembira, santun dan menawarkan optimisme.
Bila kita waras dan berakal sehat, tentu saja, kita akan memilih cara kampanye Jokowi. Ini bukan soal sentimen pribadi, tetapi lebih pada perbandingan secara rasional membedakan mana yang baik dan buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!