Keberadaan babadotan yang banyak disepelekan dan dianggap gulma oleh masyarakat ini, tapi banyak juga yang mulai tertarik untuk mengetahui manfaat tumbuhan ini.Â
Di beberapa daerah di Indonesia terutama di daerah Bogor, masyarakatnya sering memanfaatkan babadotan sebagai obat penyembuh luka. Caranya dengan menumbuk daun babadotan kemudian menambahkan minyak goreng sebelum digunakan untuk penyembuhan luka luar, bisa juga tumbukan daun babadotan ditambah dengan kapur sebagai pengganti minyak goreng tersebut.Â
Rebusan daun babadotan juga sering digunakan sebagai obat sakit dada dan obat mata yang panas oleh masyarakat Sunda. Akar babadotan yang bercabang-cabang dapat direbus untuk diambil ekstraknya kemudian diminum sebagai obat pereda demam.Â
Di daerah Pantai Gading, babadotan dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional yang umum. Banyak digunakan untuk obat sakit perut, penyembuhan luka, dan patah tulang.
Saat ini, penelitian banyak dilakukan untuk mengetahui zat yang terkandung di tumbuhan babadotan. Zat yang terkandung telah dikonfirmasi sejak tahun 1987, diantaranya mengandung minyak esensial, alkaloid, kumarin.
Karena kandungan kimia berupa alkaloid, tidak jarang babadotan dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan insektisida dan nematisida. Namun, sangat disayangkan pengembangan dan pemanfaatan potensi tumbuhan babadotan belum banyak dikembangkan hingga sekarang.Â
Begitulah ulasan dari tumbuhan babadotan, si tumbuhan pengganggu atau gulma yang memiliki manfaat tersembunyi. (ziy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H