Oleh:
Zilva Raihan Nazir Ali Al Fathimy dan Drs. Wawan Purnama, M. Si.
Virus Covid-19 atau Corona Virus Disease yang ada sejak tahun 2019 merupakan virus yang sedang mewabah tidak hanya di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Virus ini memiliki gejala penyakit yang dahulunya kita anggap sepele dan mungkin hampir tidak diperdulikan seperti batuk, pilek, dan demam. Tetapi, virus ini tidak hanya ditandai dengan hal-hal tersebut, namun juga ditandai dengan sesaknya pernapasan.
Penularan virus ini tentu tidak mengenal orang yang berharta dan tahta, seluruh orang pun bisa tertular jika tidak berhati-hati dengan menjalankan protokol kesehatan yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization), seperti memakai masker jika keluar rumah, menjaga jarak minimal 1 meter antar individu, sering mencuci tangan dengan sabun atau cairan hand sanitizer, tidak bersentuhan dengan orang lain, tidak berlama-lama beraktivitas di luar rumah serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.
Dengan keadaan demikian, pemerintah pun menghimbau seluruh masyarakat untuk tidak banyak beraktivitas di luar rumah dan lebih banyak berdiam diri di dalam rumah untuk menekan persebaran Virus Covid-19. Oleh karena itu, hal tersebut membuat kehidupan masyarakat menjadi berubah drastis mulai dari aktivitas perdagangan, pendidikan, bahkan peribadatan.
Pasar-pasar dibatasi jam pengoperasiannya, sekolah-sekolah dari tingkat PAUD sampai Perguruan Tinggi dianjurkan oleh Kemendikbud untuk mengubah proses pembelajaran yang asalnya dilakukan secara tatap muka di kelas semenjak pandemi ini berubah menjadi tatap muka secara daring dengan menggunakan aplikasi yang ada, dan masjid-masjid hampir di seluruh daerah dianjurkan oleh Kemenag terutama yang daerahnya telah berstatus bahaya (zona merah) dibatasi sementara waktu dengan tidak mengadakan kegiatan yang mengundang berkumpulnya banyak orang seperti kegiatan pengajian majelis taklim, kegiatan tablig akbar, salat jumat dan salat fardu berjamaah, bahkan pada bulan Ramadan kemarin pun salat tarawih dan iktikaf dilaksanakan di rumah masing-masing.
Dikenal sebagai kampus berbasis pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tetap melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pencegahan Covid-19 untuk Mewujudkan Merdeka Belajar yang dilaksanakan sesuai protokol kesehatan dengan tidak melakukan aktivitas KKN di luar rumah, yakni berbasis daring dengan memaksimalkan menggunakan alat komunikasi dan jaringan internet yang bertempat di daerah tempat tinggal mahasiswa masing-masing, jadi KKN ini meskipun tetap dikelompokan sebagaimana KKN Tematik saat keadaan normal, tetapi kegiatan KKN nya bersifat individu.
Karena hal itulah, penulis berinisiatif untuk mengadakan pengajian Tadarus Alquran bersama masyarakat daerah tempat tinggal di RT 05, RW 02, Komplek Perumahan Angkatan Darat (KPAD), Kelurahan Gegerkalong, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat dengan berbasis daring selama bulan suci Ramadan sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat juga untuk mengedukasi kepada masyarakat ditengah pandemi Covid-19 ini.
Penulis dalam pelaksanaanya, diawali dengan mempersiapkan materi yang akan disampaikan lalu mempersiapkan alat komunikasi berupa laptop atau gawai (handphone), jaringan yang baik, membuat tautan di Google Meeting, dan menyebarkan tautan melalui aplikasi WhatsApp kepada masyarakat RT 05 RW 02 KPAD Gegerkalong Bandung.
Kegiatan Tadarus Alquran daring ini tidak hanya diisi dengan membaca Alquran secara bergiliran saja, namun juga ditambahi dengan penyampaian mutiara hikmah diawal kegiatan selama kurang lebih tujuh hingga lima belas menit.
Karena dengan adanya mutiara hikmah ini, penulis bertujuan untuk mengedukasi kepada masyarakat terkhusus untuk diri penulis sendiri agar senantiasa tetap bersikap positif ditengah pandemi yang kian membuat resah kehidupan. Setelah penyampaian mutiara hikmah selesai, barulah dimulai pembacaan ayat suci Alquran dengan diawali doa sebelum membaca Alquran, yakni :
“Allahummaftah ‘alaina hikmataka wansyur ‘alaina rahmataka ya dzal jalali wal ikram. Allahumma yassir walaa tu’assir rabbi tammim bilkhairi ajma’in”.
(Ya Allah bukakanlah kepada kami hikmah-Mu, dan curahkanlah pada kami rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Ya Allah mudahkanlah dan jangan dipersulit. Ya Tuhanku sempurnakanlah segalanya dengan kebajikan.)
Setelah itu, pembacaan ayat suci Alquran dimulai secara bergiliran sampai batas yang telah ditentukan, yaitu masing-masing diberi amanah untuk membaca satu halaman dalam Alquran yang berisi lima belas baris, tidak lupa dalam kegiatan ini yang dijadikan target tidak hanya khatam membaca Alquran sebanyak 30 juz saja dalam satu bulan, melainkan tajwid dan makharijul huruf pun tetap diperhatikan kebenaran pengucapannya.
Jika ada yang keliru, maka penulis memberi tahu di mana letak salahnya dan dibenarkan berdasarkan Ilmu Tajwid. Maka dari itu, kegiatan ini menggunakan metode bacaan murattal agar tidak terkesan tergesa-gesa dan agar jelas pelafalan huruf dan tajwidnya.
Target bacaan perharinya pun maksimal mencapai dua juz dengan durasi waktu selama dua jam, dimulai dari sesudah melaksanakan salat subuh hingga jam tujuh pagi. Jika pembacaan ayat suci Alquran secara bergiliran telah mencapai batasan waktu, maka tadarus Alquran daring pun diakhiri dengan membaca doa Kifaratul Majlis, yakni :
”Subhaanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”
(Maha Suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Engkau, dan aku meminta ampunan dan bertaubat kepada-Mu)
Dan doa sesudah membaca Alquran, yakni:
“Allahummarhamna bilquran waj’alhulana imaaman wa nuuran wa hudan wa rahmah. Allahumma dzakkirna minhuma nasiina wa’allimna minhuma jahilna warzuqnaa tilaawatahu aana allaili wa athrafannahar waj’alhulana hujjatan yaa rabbal’alamiin.”
(Ya Allah sayangi kami dengan Alquran, bagi kami quran iman dan cahaya, petunjuk dan rahmat. Ya Allah tegurlah kami bila melalaikannya dan ajarkan mukjizat Alquran, yang menjadi sumber rezeki sepanjang malam dan sepanjang siang hari. Bagi kami quran perisai. Ya Rabbal ‘Alamin)
Meskipun tidak dilaksanakan secara langsung sebagaimana biasanya, penulis tetap berharap dengan adanya kegiatan ini masyarakat akan tetap bersikap positif dalam menghadapi musibah pandemi Covid-19 dan tetap melaksanakan kegiatan yang produktif dengan sikap optimis walaupun tetap diam di rumah saja, karena KKN Tematik Pencegahan Covid-19 ini merupakan salah satu bentuk kepedulian penulis sebagai mahasiswa KKN Tematik UPI dalam membantu pemerintah untuk mengedukasi masyarakat serta memutuskan rantai penyebaran virus Covid-19.
Editor: Nida Damia Ramdhani Ali Al Fathimy
Fotografer: Nadi Azkia Ali Al Fathimi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H